KONSEP
MEDIS
1.
Pengertian
Idopatic Respiratory Distress
Syndrom atau yang dikenal dengan Hyaline Membrane Disease (HMD) pada bayi baru
lahir merupakan kondisi hipoksia atau cedera paru yang terjadi akibat
atelektasis primer yang kuat.
Merupakan
perkembangan yang imatur pada sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru.
RDS
merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi prematur, biasanya
setelah 3 – 5 hari. Prognosanya buruk jika support ventilasi lama diperlukan,
kematian bisa terjadi setelah 3 hari penanganan.
2.
Etiologi
a. Prematuritas dengan
paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu) dan defisiensi surfactan
b. Bayi prematur
b. Bayi prematur
c. Penurunan suplay
oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau prematur.
3.
Patofisiologi
Pada
saat alveolus kolaps ventilasi berkurang. Kemudian terjadi hipoksia yang
menyebabkan cedera paru dan kemudian reaksi inflamasi yang disertai akumulasi
sel darah putih dan pelepasan berbagai sitokinin. Reaksi inflamasi menyebabkan
edema dan pembengkakan ruang interstisial, yang semakin menurunkan pertukaran
gas antara kapiler dan alveolus yang masih berfungsi. Reaksi inflamasi juga
menyebabkan terbentuknya membrane-membran hialin, yang merupakan akumulasi
fibrin putih yang melapisi alveolus. Pengendapan fibrin tersebut semakin
menurunkan pertukaran dan kemampuan ekspansi paru sehingga meningkatkan usaha
bernapas.
Penurunan
fentilasi alveolus menyebabkan penurunan rasio ventilasi: perfusi dan
vasokonstriksi arteriol paru, sehingga menyebabkan peningkatan volume dan
tekanan jantung kanan, sehingga terjadi pirau darah dari atrium kanan, melalui
foramen ovale bayi yang baru lahir yang masih paten, langsung ke atrium kiri.
Demikian juga resistensi paru yang tinggi menyebabkan darah deoksigenasi
melewatkan paru dan langsung disalurkan ke sisi kiri tubuh melalui duktus
arteriosus. Kedua jalur aliran darah ini dianggap membentuk pirau kanan ke
kiri, yang menyebabkan aliran darah tidak masuk ke paru-paru dan mengalirkan
darah yang tidak teroksigenasi ke dalam system sirkulasi. Hal ini dapat
memperburuk keadaan hipoksia, sehingga timbul sianosis yang bermakna.
Seiring dengan
peningkatan kebutuhan oksigen, bayi terperangkap dalam satu siklus umpan balik
positif seperti pada gambar berikut.
Pada
awalnya bayi akan memperlihatkan napas yang cepat dan dangkal sebagai usaha
untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi, mengakibatkan analisi gas darah
pertama alkalosis respiratorik karena karbon dioksida terbuang, akan tetapi
bayi akan segera kelelahan karena kesulitan mengembangkan alveolus dan parunya
dan tidak dapat mempertahankan usaha respirasinya. Apabila hal ini terjadi,
usaha napas melambat dan gas darah memperlihatkan asidosis respiratorik dan
awitan gagal napas. (Cowrin, 2009)
Penyimpangan KDM
4.
Manifestasi klinik
ü Takipnea
ü Retraksi interkostal dan sternal
ü Pernapasan cuping hidung
ü Penurunan daya komplain paru
ü Hipotensi sistemik
ü Kulit kehitaman akibat hipoksia
ü Hipoksemia
5.
Komplikasi
ü Dysplasia bronkopulmonalis
ü Tanda-tanda dispnea dan hipoksia dapat
berlanjut menyebabkan kelelahan, gagal napas, kematian bayi, biasanya dalam 3
hari
6.
Penatalaksanaan
·
Penyuntikan
kortikosteroid pada ibu paling tidak 24 jam sebelum persalinan bayi premature
secara bermakna dapat menurunkan insiden RDS.
·
Apabila
bayi lahir dengan RDS, pengobatan yang dilakukan bersifat suportif dan berupa
terapi oksigen, lingkungan yang tenang dan hangat dan dukungan nutrisi.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Ø Identitas
Ø Riwayat
penyakit sekarang
Kaji
tanda dan gejala klinis, penurunan suhu tubuh.
Ø Riwayat
penyakit keluarga
Riwayat
maternal
ü Stress fetal atau intrapartus
ü menderita penyakit seperti DM
Ø
Riwayat persalinan
ü Prematur, umur kehamilan
Ø Pemeriksaan
fisik
Inspeksi
Kaji
adanya sianosis, takipnea, penggunaan otot aksesoris pernapasan
Palpasi
Frekuensi
nadi kurang dari normal (bradikardi)
Auskultasi
Penurunan
suara pernapasan
Ø Pemeriksaan
Penunjang
·
Pemeriksaan Radiologik
Foto
rontgen paru
·
Pemeriksaan Laboratorium
o Kadar asam laktat dalam darah meningkat dan bila
kadarnya lebih dari 45%, prognosis lebih buruk
o Kadar bilirubin lebih tinggi dibandingkan bila
dibandingkan dengan bayi normal dengan berat badan sama
o Kadar PaO2 menurun
o Kadar PaCO2 meningkat
o pH darah menurun
Ø Pola fungsi kesehatan
1)
Pola nutrisi -
metabolik.
BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan
kehilangan lemak.
2)
Pola eliminasi
Perubahan karakteristik
feses dan urine
3)
Pola aktifitas – latihan.
Sesak nafas.
4)
Pola tidur dan istirahat
sulit tidur.
2. Diagnose
Keperawatan
1)dx:ketidakefektifan pola napas b.d
imatur paru atau dinding dada dan difisiensi cairan surfaktan ditandai dengan:
·
DO:
ü RR 79 x/menit
ü Retraksi dinding
dada (+)
ü Sianosis (+)
ü Bayi tampak
lemah
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ketidakefektifan pola napas tertangani.
Kriteria
Hasil:
ü RR: 60 x/menit
ü Sesak napas (-)
ü Sianosis (-)
ü Retraksi dinding dada (-)
Intervensi:
1. Observasi pola napas. Rasional: mengetahui frekuensi
napas
2. Observasi TTV. Rasional: mengetahui keadaan umum bayi
3. Atur posisi tubuh semi ekstensi. Rasional: memudahkan
paru-paru berkembang saat ekspansi
4. Tempatkan bayi pada tempat yang hangat. Rasional:
mempertahankan suhu tubuh
5. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang penyebab
sesak napas yang dialami pasien. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.
6. Kolaborasi pemberian oksigen. Rasional: Memaksimalkan
sediaan oksigen untuk pertukaran.
7.
Kolaborasi
pemberian terapi obat bronchodilator. Rasional: Obat Bronchodilator berfungsi untuk membuka broncus
guna memudahkan dalam pertukaran udara.
2) Gangguan pertukaran gas b.d
pengendapan membrane hialin di alveolus ditandai dengan:
·
DO:
ü
Sianosis
ü
Dispnea
ü
Hiperkapnea
ü
Hipoksia
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pertukaran gas
menjadi efektif.
Criteria
Hasil:
ü AGD normal
ü Tidak ada sianosis
Intervensi:
1.
Kaji TTV.
Rasional: perubahan vital signs merupakan indikasi derajat keparahan dan status
kesehatan umum.
2.
Observasi warna
kulit, membrane mukosa, kuku. Rasional: melihat adanya sianosis.
3.
Berikan terapi
oksigen sesuai indikasi. Rasional: mempertahankan PaO2 .
4.
Kolaborasi
pemantauan GDA. Rasional: Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru
5.
Jelaskan kepada
keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan lainnya. Rasional: menambah pengetahuan
keluarga.
6.
Informasikan
kepada keluarga untuk tidak merokok dlm ruangan. Rasional: asap rokok dpt
memperburuk keadaan bayi.
3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh b.d reflek menghisap lemah ditandai dengan:
·
DO:
ü Bayi tampak lemah
ü Bising usus 4 x/menit
ü Mokosa bibir tampak kering
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria
Hasil:
ü Bising usus 8 x/menit
ü Mukosa bibir tidak kering
Intervensi:
1.
Berikan cairan melalui IVFD, glukosa 10%. Rasional:
untuk menggantikan kalori yang tidak didapat oleh oral.
2.
Kaji kesiapan
bayi untuk minum. Rasional: mengtahui reflek hisap.
3.
Berikan minum
sesuai jadwal. Rasional: memberikan nutrisi tambahan tambahan melalui oral
4.
Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam pemberian nutrisi. Rasional: pemberian nutrisi dilakukan dengan
perhitungan yang tepat.
5.
Timbang berat
badan. Rasional: mengetahui status nutrisi.
6.
Berikan
penjelasan kepada keluarga mengenai status gizi dan pentingnya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Rasional: menambah pengetahauan keluarga.
4) Resiko kekurangan volume cairan b.d
kehilangan cairan sensible dan insensibel
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Criteria Hasil:
ü
Turgor kulit
baik
ü
Mukosa bibir
tak tampak keputihan
ü
Frekuensi dan
BAK normal
Intervensi:
1.
Kaji turgor
kulit. Rasional: mengetahui tanda dehidrasi
2.
Pertahankan
pemberian cairan IVFD. Rasional: mempertahankan kebutuhan cairan tubuh
3.
Pertahankan
tetesan infus secara stabil. Rasional: untuk mencegah kelebihan atau kekurangan
cairan.
4.
Minitor intake
dan output cairan. Rasional: Catatan intake dan output cairan penting untuk menentukan
ketidakseimbangan cairan sebagai dasar
untuk penggantian cairan.
5.
Beri minum sesuai
jadwal. Rasional: mencegah terjadinya kekurangan cairan.
6.
Lakukan
pemeriksaan sodium dan potassium setiap 12 atau 24 jam. Rasional: Peningkatan
tingkat sodium dan potassium mengindikasikan terjadinya dehidrasi dan potensial
ketidakseimbangan elektrolit.
7.
Berikan
penjelasan kepada keluarga tentang pentingnya memenuhi kebutuhan cairan bayi.
Rasional: menambah pengetahuan keluarga.
5) Resiko gangguan termoregulasi:
hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh tetap normal.
Criteria
hasil:
ü Suhu 37 °C
ü Bayi tidak kedingainan
Intervensi:
1.
Tempatkan bayi
pada tempat yang hangat. Rasional: mencegah terjadinya hipotermi.
2.
Atur suhu incubator.
Rasional: menjaga kestabilan suhu tubuh.
3.
Berikan pakaian
yang hangat dan kering. Rasional: menjaga bayi tetap hangat.
4.
Pantau selalu
suhu tubuh. Rasional: memonitor perkembangan suhu tubuh bayi.
6)Ansietas (orang tua) b.d kurang
pengetahuan tentang anaknya yang sakit ditandai dengan:
·
DO:
ü
Ibu klien tampak
cemas
ü
Ibu klien
menangis
·
DS:
ü
Ibu klien
mengatakan kapan anaknya bisa pulang
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kecemasan orang tua berkurang
Kriteria
Hasil:
ü
Ibu tidak
menangis
ü
Ibu tidak cemas
Intervensi:
1.
kaji tingkat
kecemasan. Rasional: mengetahui koping individu
2.
Jelaskan tentang
kondisi anak. Rasional: meningkatkan pengetahuan orang tua
3.
Berikan support
mental. Rasional: membantu menenangkan klien
4.
Berikan
kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan. Rasional: membina
hubungan saling percaya.
5.
Rujuk pasien pada
perawat keluarga atau komunitas, bila perlu. Rasional: untuk mempertahankan
informasi yang adekuat, serta membantu orangtua menghadapi keadaan sakit kronis
pada anaknya.
6.
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat untuk menurunkan ansietas, bila perlu. Rasional:
membantu menenangkan klien.
Pendidikan Kesehatan Kepada Orang Tua/Keluarga
Pertama jelaskanlah
dahulu sedikit mengenai penyakit yang diderita bayi menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti oleh keluarga. Setelah itu berikanlah penkes seperti berikut:
Berikan
penjelasan kepada orangtua/keluarga bahwa pencegahan merupakan pengobatan
pertama untuk RDS.
Tindakan
pencegahan ini mencakup intervensi perilaku dan terapi farmakologi untuk
menunda persalinan , dan penentuan usia kehamilan dengan tepat untuk
memperkecil persalinan bayi premature melalui operasi sesar. Penundaan
persalinan selama 24-48 jam juga terbukti dapat mengurangi insiden dan
keparahan RDS. Hal ini karena stress persalinan meningkatkan pelepasan suatu
hormone yaitu kortisol. Peningkatan hormone ini dapat menstimulasi sel alveolus
tipe II untuk memproduksi surfaktan.
Penjelasan
yang telah disebutkan diaatas tujuannya adalah agar jika sang ibu kembali
melahirkan nanti insiden RDS dapat dicegah.
No comments:
Post a Comment