Saturday, 7 September 2013

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Idiopatic Respiratory Distress Syndrom (IRDS)



KONSEP MEDIS

1.      Pengertian
Idopatic Respiratory Distress Syndrom atau yang dikenal dengan Hyaline Membrane Disease (HMD) pada bayi baru lahir merupakan kondisi hipoksia atau cedera paru yang terjadi akibat atelektasis primer yang kuat.
Merupakan perkembangan yang imatur pada sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
RDS merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi prematur, biasanya setelah 3 – 5 hari. Prognosanya buruk jika support ventilasi lama diperlukan, kematian bisa terjadi setelah 3 hari penanganan.

2.      Etiologi
a. Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu) dan defisiensi surfactan
b. Bayi prematur
c. Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau prematur.

3.      Patofisiologi
Pada saat alveolus kolaps ventilasi berkurang. Kemudian terjadi hipoksia yang menyebabkan cedera paru dan kemudian reaksi inflamasi yang disertai akumulasi sel darah putih dan pelepasan berbagai sitokinin. Reaksi inflamasi menyebabkan edema dan pembengkakan ruang interstisial, yang semakin menurunkan pertukaran gas antara kapiler dan alveolus yang masih berfungsi. Reaksi inflamasi juga menyebabkan terbentuknya membrane-membran hialin, yang merupakan akumulasi fibrin putih yang melapisi alveolus. Pengendapan fibrin tersebut semakin menurunkan pertukaran dan kemampuan ekspansi paru sehingga meningkatkan usaha bernapas.
Penurunan fentilasi alveolus menyebabkan penurunan rasio ventilasi: perfusi dan vasokonstriksi arteriol paru, sehingga menyebabkan peningkatan volume dan tekanan jantung kanan, sehingga terjadi pirau darah dari atrium kanan, melalui foramen ovale bayi yang baru lahir yang masih paten, langsung ke atrium kiri. Demikian juga resistensi paru yang tinggi menyebabkan darah deoksigenasi melewatkan paru dan langsung disalurkan ke sisi kiri tubuh melalui duktus arteriosus. Kedua jalur aliran darah ini dianggap membentuk pirau kanan ke kiri, yang menyebabkan aliran darah tidak masuk ke paru-paru dan mengalirkan darah yang tidak teroksigenasi ke dalam system sirkulasi. Hal ini dapat memperburuk keadaan hipoksia, sehingga timbul sianosis yang bermakna.
Seiring dengan peningkatan kebutuhan oksigen, bayi terperangkap dalam satu siklus umpan balik positif seperti pada gambar berikut.
 
                              


Pada awalnya bayi akan memperlihatkan napas yang cepat dan dangkal sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi, mengakibatkan analisi gas darah pertama alkalosis respiratorik karena karbon dioksida terbuang, akan tetapi bayi akan segera kelelahan karena kesulitan mengembangkan alveolus dan parunya dan tidak dapat mempertahankan usaha respirasinya. Apabila hal ini terjadi, usaha napas melambat dan gas darah memperlihatkan asidosis respiratorik dan awitan gagal napas.  (Cowrin, 2009)


     

Penyimpangan KDM



4.      Manifestasi klinik
ü  Takipnea
ü   Retraksi interkostal dan sternal
ü   Pernapasan cuping hidung
ü  Penurunan daya komplain paru
ü   Hipotensi sistemik
ü   Kulit kehitaman akibat hipoksia
ü   Hipoksemia



5.      Komplikasi
ü  Dysplasia bronkopulmonalis
ü  Tanda-tanda dispnea dan hipoksia dapat berlanjut menyebabkan kelelahan, gagal napas, kematian bayi, biasanya dalam 3 hari
6.      Penatalaksanaan
·         Penyuntikan kortikosteroid pada ibu paling tidak 24 jam sebelum persalinan bayi premature secara bermakna dapat menurunkan insiden RDS.
·         Apabila bayi lahir dengan RDS, pengobatan yang dilakukan bersifat suportif dan berupa terapi oksigen, lingkungan yang tenang dan hangat dan dukungan nutrisi.




ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Pengkajian
Ø  Identitas
Ø  Riwayat penyakit sekarang
Kaji tanda dan gejala klinis, penurunan suhu tubuh.
Ø  Riwayat penyakit keluarga
Riwayat maternal
ü  Stress fetal atau intrapartus
ü  menderita penyakit seperti DM
Ø  Riwayat persalinan
ü  Prematur, umur kehamilan
Ø  Pemeriksaan fisik
*      Inspeksi
Kaji adanya sianosis, takipnea, penggunaan otot aksesoris pernapasan
*      Palpasi
Frekuensi nadi kurang dari normal (bradikardi)
*      Auskultasi
Penurunan suara pernapasan
Ø  Pemeriksaan Penunjang
·         Pemeriksaan Radiologik
Foto rontgen paru
·         Pemeriksaan Laboratorium
o   Kadar asam laktat dalam darah meningkat dan bila kadarnya lebih dari 45%, prognosis lebih buruk
o   Kadar bilirubin lebih tinggi dibandingkan bila dibandingkan dengan bayi normal dengan berat badan sama
o   Kadar PaO2 menurun
o   Kadar PaCO2 meningkat
o   pH darah menurun


Ø  Pola fungsi kesehatan
1)      Pola nutrisi -  metabolik.
BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak.
2)      Pola eliminasi
                        Perubahan karakteristik feses dan urine
3)      Pola aktifitas – latihan.
                        Sesak nafas.
4)      Pola tidur dan istirahat
                        sulit tidur.





2.    Diagnose Keperawatan

1)dx:ketidakefektifan pola napas b.d imatur paru atau dinding dada dan difisiensi cairan surfaktan ditandai dengan:
·         DO:
ü  RR 79 x/menit
ü   Retraksi dinding dada (+)
ü   Sianosis (+)
ü   Bayi tampak lemah
Tujuan:
            Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ketidakefektifan pola napas tertangani.
Kriteria Hasil:
ü  RR: 60 x/menit
ü  Sesak napas (-)
ü  Sianosis (-)
ü  Retraksi dinding dada (-)


Intervensi:
1.      Observasi pola napas. Rasional: mengetahui frekuensi napas
2.      Observasi TTV. Rasional: mengetahui keadaan umum bayi
3.      Atur posisi tubuh semi ekstensi. Rasional: memudahkan paru-paru berkembang saat ekspansi
4.      Tempatkan bayi pada tempat yang hangat. Rasional: mempertahankan suhu tubuh
5.      Berikan penjelasan kepada keluarga tentang penyebab sesak napas yang dialami pasien. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.
6.      Kolaborasi pemberian oksigen. Rasional: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
7.      Kolaborasi pemberian terapi obat bronchodilator. Rasional: Obat Bronchodilator berfungsi untuk membuka broncus guna memudahkan dalam pertukaran udara.


2) Gangguan pertukaran gas b.d pengendapan membrane hialin di alveolus ditandai dengan:
·         DO:
ü  Sianosis
ü  Dispnea
ü  Hiperkapnea
ü  Hipoksia
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pertukaran gas menjadi efektif.
Criteria Hasil:
ü  AGD normal
ü  Tidak ada sianosis

Intervensi:
1.      Kaji TTV. Rasional: perubahan vital signs merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan umum.
2.      Observasi warna kulit, membrane mukosa, kuku. Rasional: melihat adanya sianosis.
3.      Berikan terapi oksigen sesuai indikasi. Rasional: mempertahankan PaO2 .
4.      Kolaborasi pemantauan GDA. Rasional: Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru
5.      Jelaskan kepada keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan lainnya. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.
6.      Informasikan kepada keluarga untuk tidak merokok dlm ruangan. Rasional: asap rokok dpt memperburuk keadaan bayi.


3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d reflek menghisap lemah ditandai dengan:
·         DO:
ü  Bayi tampak lemah
ü  Bising usus 4 x/menit
ü  Mokosa bibir tampak kering
Tujuan:
      Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil:
ü  Bising usus 8 x/menit
ü  Mukosa bibir tidak kering

Intervensi:
1.      Berikan  cairan melalui IVFD, glukosa 10%. Rasional: untuk menggantikan kalori yang tidak didapat oleh oral.
2.      Kaji kesiapan bayi untuk minum. Rasional: mengtahui reflek hisap.
3.      Berikan minum sesuai jadwal. Rasional: memberikan nutrisi tambahan tambahan melalui oral
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi. Rasional: pemberian nutrisi dilakukan dengan perhitungan yang tepat.
5.      Timbang berat badan. Rasional: mengetahui status nutrisi.
6.      Berikan penjelasan kepada keluarga mengenai status gizi dan  pentingnya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Rasional: menambah pengetahauan keluarga.


4) Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan sensible dan insensibel
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi.              
Criteria Hasil:
ü  Turgor kulit baik
ü  Mukosa bibir tak tampak keputihan
ü  Frekuensi dan BAK normal

Intervensi:
1.      Kaji turgor kulit. Rasional: mengetahui tanda dehidrasi
2.      Pertahankan pemberian cairan IVFD. Rasional: mempertahankan kebutuhan cairan tubuh
3.       Pertahankan tetesan infus secara stabil. Rasional: untuk mencegah kelebihan atau kekurangan cairan.
4.      Minitor intake dan output cairan. Rasional: Catatan intake dan output cairan penting untuk menentukan ketidakseimbangan cairan  sebagai dasar untuk penggantian cairan.
5.      Beri minum sesuai jadwal. Rasional: mencegah terjadinya kekurangan cairan.
6.      Lakukan pemeriksaan sodium dan potassium setiap 12 atau 24 jam. Rasional: Peningkatan tingkat sodium dan potassium mengindikasikan terjadinya dehidrasi dan potensial ketidakseimbangan elektrolit.
7.      Berikan penjelasan kepada keluarga tentang pentingnya memenuhi kebutuhan cairan bayi. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.


5) Resiko gangguan termoregulasi: hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit
Tujuan:
      Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh tetap normal.
Criteria hasil:
ü  Suhu 37 °C
ü  Bayi tidak kedingainan


Intervensi:
1.      Tempatkan bayi pada tempat yang hangat. Rasional: mencegah terjadinya hipotermi.
2.      Atur suhu incubator. Rasional: menjaga kestabilan suhu tubuh.
3.      Berikan pakaian yang hangat dan kering. Rasional: menjaga bayi tetap hangat.
4.      Pantau selalu suhu tubuh. Rasional: memonitor perkembangan suhu tubuh bayi.





6)Ansietas (orang tua) b.d kurang pengetahuan tentang anaknya yang sakit ditandai dengan:
·         DO:
ü  Ibu klien tampak cemas
ü  Ibu klien menangis
·         DS:
ü  Ibu klien mengatakan kapan anaknya bisa pulang
Tujuan:
      Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan orang tua berkurang
Kriteria Hasil:
ü  Ibu tidak menangis
ü  Ibu tidak cemas
       
Intervensi:
1.      kaji tingkat kecemasan. Rasional: mengetahui koping individu
2.      Jelaskan tentang kondisi anak. Rasional: meningkatkan pengetahuan orang tua
3.      Berikan support mental. Rasional: membantu menenangkan klien
4.      Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan. Rasional: membina hubungan saling percaya.
5.      Rujuk pasien pada perawat keluarga atau komunitas, bila perlu. Rasional: untuk mempertahankan informasi yang adekuat, serta membantu orangtua menghadapi keadaan sakit kronis pada anaknya.
6.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk menurunkan ansietas, bila perlu. Rasional: membantu menenangkan klien.






Pendidikan Kesehatan Kepada Orang Tua/Keluarga
Pertama jelaskanlah dahulu sedikit mengenai penyakit yang diderita bayi menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh keluarga. Setelah itu berikanlah penkes seperti berikut:
*      Berikan penjelasan kepada orangtua/keluarga bahwa pencegahan merupakan pengobatan pertama untuk RDS.
Tindakan pencegahan ini mencakup intervensi perilaku dan terapi farmakologi untuk menunda persalinan , dan penentuan usia kehamilan dengan tepat untuk memperkecil persalinan bayi premature melalui operasi sesar. Penundaan persalinan selama 24-48 jam juga terbukti dapat mengurangi insiden dan keparahan RDS. Hal ini karena stress persalinan meningkatkan pelepasan suatu hormone yaitu kortisol. Peningkatan hormone ini dapat menstimulasi sel alveolus tipe II untuk memproduksi surfaktan.
Penjelasan yang telah disebutkan diaatas tujuannya adalah agar jika sang ibu kembali melahirkan nanti insiden RDS dapat dicegah.


No comments:

Post a Comment