Monday 12 June 2017

Asuhan Keperawatan Syok



KONSEP DASAR MEDIS

A.    Definisi
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok). (Smeltzer, 2010)

B.     Etiologi
Tekanan darah bergantung pada produk curah jantung dan TPR. Dengan demikian, segala sesuatu yang menyebabkan gangguan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, atau TPR dapat menyebabkan syok. Terdapat enam penyebab utama syok.
1.      Syok kardiogenik dapat terjadi setelah curah jantung kolaps, yang sering terjadi akibat infark miokard, fibrilasi, atau gagal jantung kongestif.
2.      Syok hipovolemik dapat terjadi apabila terjadi kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun drastic. Perdarahan dan dehidrasi dapat menyebabkan syok hipovolemik....................
.

3.      Syok anafilaktik dapat terjadi setelah respon alergi yang meluas berkaitan dengan degranulasi sel mast ddan pelepasan inflamasi, seperti histamine dan prostahlandin. Mediator ini mencetuskan vasodilatasi sistemik yang luas sehingga TPR dan tekanan darah menurun drastic.
4.      Syok sepsis dapat terjadi setelah ingeksi sestemik massif dan pelepasan mediator vasoaktif inflamasi. Zat-zat ini menyebabkan vasodilatasi sistemik dan edema , mengkibatkan TPR dan tekanan darah kolaps. Syok septik dapat terjadi pada ingeksi oleh bakteri hematogen, atau akibat pengeluaran isi saluran cerna ke dalam tubuh, sebagai contuoh perforasi saluran cerna atau pecahnya usus buntu. Sebagian bakteri bertindak sebagai superantigen yang mampu merangsang dengan cepat terjadinya syok septik.
5.      Syok neurogenic terjadi setelah hilangnya tonus vascular secara mendadak di seluruh tubuh. Syok neurogenic dapat terjadi akibat cedera otak yang mengenai pusat kardiovaskular di otak, cedera medulla spinalis, atau anastesi umum yang dalam. Syok ini juga dapat terjadi akibat cetusan stimulus parasimpatis ke jantung yang memperlambat kecepatan denyut jantung, disertai dengan penurunan stimulus simpatis ke pembuluh darah. Jenis syok ini dapat menjelaskan pingsan mendadak akibat gangguan emosional.

C.    Manifestasi klinis
      Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah:
1.      Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2.      Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3.      Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.
4.      Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam. (Budhram & Bengiamin, 2014)

Tipe Syok
Septik
Hipovolemik
Anafilaksis
Kardiogenik
Vasovagal
TD
N/-/--
-/--
-/--
-/--
N
Tekanan nadi
N/+/++
-/--
-/--
-/--
N
Denyut nadi
+/++
+/++
+/++
+
Lambat
Isi nadi
Besar
Kecil
N/kecil
N/kecil
N
Vasokon prfer
-
+
+
+(-)
N/+
Suhu kulit
Hangat
Dingin
Dingin
Dingin
N
Warna
Merah
Pucat
N/Pucat
N/pucat
N/Pucat
Tek. Vena sentral
N/rendah
N/rendah
N/rendah
Tinggi
N
Diuresis
-/--
--
-
-/--
N
EKG
N
N
N
Abn
N
Foto paru
Udem infiltrat
N
N
Udem
N
Ket; N:normal, Abn:abnormal, +:meningkat, ++:sangat meningkat, -:turun, --:sangat turun

Temuan klinis berdasarkan fase syok

Fase Kompensator
Fase Progresif
Fase Ireversibel
Frekuensi jantung
>100x/menit
>150x/menit
Eratik atau sistol
Tekanan darah
Normal
TDS<80-90 mmHg
Membutuhkan dukungan mekanik atau farmakologis
Status respiratori
>20
Cepat; pernapasan dangkal; krekels
Membutuhkan intubasi
Kulit
Dingin, kusam
Bercak, petekie
Ikterik
Haluaran urin
Menurun
<20 ml/jam
Anuria, membutuhkan dialisis
Fungsi mental
Kelam pikir
Letargi
Tidak sadar
Keseimbangan asam basa
Respiratori alkalosis
Metabolik asidosis
Asidosis hebat

Penggantian cairan dalam syok

Keuntungan
Kerugian
Kristaloid
Natrium Klorida 0,9%
Banyak terdapat, murah
Membutuhkan volume dalam jumlah besar; dapat menyebabkan edema pulmonary
Ringer laktat
Ion laktat menbantu menjadi buffer asidosis metabolic
Membutuhkan volume dalam jumlah besar; dapat menyebabkan edema pulmonary
Salin hipertonik (3%, 5%, 7,5%)
Jumlah kecil yang dibutuhkan untuk memulihkan volume intravaskular
Bahaya hipernatremia
Koloid
Albumin (5%, 25%)

Dengan cepat memperbanyak volume plasma
Mahal; membutuhkan donor manusia; suplai terbatas; dapat menyebabkan CHF
Dextran (40, 70)
Plasma ekspander sintetik
Mengganggu dengan agregasi trombosit; tidak direkomendasikan untuk syok hemoragik
Hetastarch 
Sentetik; sedikit lebih murah dari albumin; efek berlangsung sampai 36 jam


     
D.    Patofisiologi
      Syok adalah kolapsnya tekanan darah arteri sistemik. Tekanan darah yang turun drastic, aliran darah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan energy jaringan dan organ. Selain itu, tubuh berespin dengan mengalihkan darah menjauhi sebagian berar jaringan dan organ agar organ-organ vital yaitu jantung, otak dan paru  menerima cuup darah. Jaringan dan organ yang terpaksa kekurangan darah tersebut mengalami gangguan, terutama ginjal, saluran cerna, dan kulit. Apabila individu yang bersangkutan dapat selamat dari episode syok, sering diiukuti dengan gagal ginjal, ulkus saluran cerna, dan kerusakan kulit.
      Pada permulaan syok, refleks-refleks baroresptor diaktifkan dan tubuh mencoba mengompensasi penurunan tekanan darah yang drastic. Apabila penyebab syok terus berlangsung, upaya kompensasi tubuh menjadi tidak adekuat dan kemunduran kondisi berbagai organ akan terus berlanjut, termasuk paru, jantung, dan otak. Dengan memburuknya keadaan jantung dan paru, terjadi lingkaran setan. Oksigenasi dan curah jantung secara progresif menurun dan syok menjadi semakin buruk sehingga dalam waktu singkat menjadi ireversibel. Syok ireversibel menyebabkan kematian.

E.     Komplikasi
1.      Hipoksia jaringan, kamatian sel, dan kegagalan multiorgan akibat penurunan aliran darah yang berkepanjangan
2.      Sindrom distress pernapasan pada orang dewasa akibat destruksi pembatas alveolar-kapiler karena hipoksia
3.      Kebanyakan pasien yang meninggal karena syok, disebabkan koagulasi intravaskuler disiminata akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga terjadi stimulus berlebihan kaskade koagulasi.

F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Kultur darah
2.      Kimia serum, termasuk elektrolit, BUN, dan kreatinin
3.      DPL dan profil kuoagulasi
4.      AGD dan oksimetri nadi
5.      Pemeriksaan Curah jantung
6.      Laktat Serum
7.      Urinalisis dengan berat jenis, osmolaritas dan elektrolit urin
8.      EKG, Foto Thoraks, USG jantung
9.      Tes fungsi ginjal dan hati

G.    Penatalaksanaan
      Tujuan penanganan syok tahap awal adalah mengembalikan perfusi dan oksigenasi jaringan dengan mengembalikan volume dan tekanan darah. Pada syok lebih lanjut, pengembalian perfusi jaringan saja biasanya tidak cukup untuk menghentikan perkembangan peradangan sehingga perlu dilakukan upaya menghilangkan factor toksik yang terutama disebabkan oleh bakteri.
      Pemberian oksigen merupakan penanganan yang sangat umum, tanpa memperhatikan penyebab syok. Terapi lainnya tergantung pada penyebab syok. Terapi cairan merupakan terapi yang penting terhadap pasien yang mengalami syok hipovolemik dan distributive. Pemberian carian secara IV akan memperbaiki volume darah yang bersirkulasi, menurunkan viskositas darah dan meningkatkan aliran balik vena, sehingga membantu memperbaiki curah jantung. Akibat selanjutnya adalah meningkatkan perfusi jaringan dan memberikan pasokan oksigen kepada sel. Terapi awal dapat berupa pemberian cairan kristaloid atau koloid. Kecepatan dan volume cairan harus dapat ditoleransi oleh pasien. Kecepatan dan jumlah pemberian cairan dimonitor pada tekanan vena sentral dan pengeluaran urin.
      Apabila perfusi jaringan berkurang karena kelilangan banyak darah, secara ideal harus dilakukan transfuse darah dan control perdarahan harus dilakukan dengan baik. PRC atau WB secara nyata dapat memperbaiki tekanan darah dan penghantaran oksigen jaringan.
      Pada syok kardiogenik, terapi cairan yang terlalu cepat dapat berakibat fatal karena akan meningkatkan beban kerja jantung dan selanjutnya membahayakan sirkulasi. Terapi syok kardiogenik tergantung pada penyebabnya. Jika syok disebabkan oleh kontraktilitas miokardium yang jelek disarankan dengan beta-agonis. Dobutamin merupakan beta agonis yang mampu meningkatkan curah jantung dan penghantaran oksigen, tanpa menyebabkan vasokonstriksi, merupakan obat yang paling umum digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung. Perikardiosintesis harus dilakukan jika efusi pericardium cukup banyak dan menyebabkan temponade.  
      Pada syok distributif apabila hipotensi tetap terjadi walaupun telah dilakukan terapi cairan yang cukup maka dibutuhkan pemberian vasopresor. Oleh karena curah jantung dan tekanan pembuluh darah sistemik mempengaruhi penghantaran oksigen ke jaringan, maka pada pasien hipotensi harus dilakukan terapi untuk memksimalkan fungsi jantung dengan terapi cairan dan obat inotropik, dan atau memodifikasi tonus pembuluh darah dengan agen vasopresor. Penggunaan glukokortikoid untuk menangani syok masih kontroversial. Namin apabila digunakan, g;okokortikoid harus digunakan pada penanganan awal dan tidak diulang penggunaannya.
      Syok septik sering kali berkaitan dengan bakterigram negatif, dan antibiotik yang cocok untuk itu misalnya sepalosporin atau amino glikosida dan penisilin.




KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Pengkajian Primer
a.      Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.
b.      Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c.       Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
d.      Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

2.      Pengkajian Sekunder
            Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks,dll.


B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan pertukaran gas b.d. ketidakseimbangan venrilasi perfusi
2.      Penuruanan curah jantung b.d. perubahan preload, kontraktilitas, afterload
3.      Ketidakefektifan pola napas b.d. hiperventilasi, keletihan otot pernapasan, sindrom hipoventilasi
4.      Kekurangan volume cairan b.d. kegagalan mekanisme regulasi, kehilangan cairan aktif
5.      Masalah kolaboratif: potensial komplikasi MODS (Multiple Organ Disfunction Syndrome)



C.    Rencana Keperawaan
No.
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Ketidakefektifan pertukaran gas b.d. ketidakseimbangan venrilasi perfusi

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat

Kriteria Hasil :
·     Bunyi paru bersih
·     Warna kulit normal
·     Gas-gas darah dalam batas normal
1.      Periksa frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
2.      Periksa HR dan BP
3.      Periksa tanda-tanda penurunan kesadaran
4.      Auskultasi paru
5.      Periksa adanya sianosis dan pucat
6.      Monitor saturasi oksigen
7.      Monitor gas darah arteri
8.      Sution jalan napas bila perlu
9.      Elevasi kepala sesuai kebutuhan
10.  Berikan oksigen sesuai order
11.  Persiapkan untuk pemasanagan ventilator mekanik jika terapi oksigen tidak efektif.
1. Pada tahtap awal syok, frekuensi akan naik karena hiperkapnia dan hipoksia. Ketika syok lebih berkembang pernapasan menjadi pelan dan pasien mulai hipoventilasi. Kegagalan pernapasan berkembang seiring dengan lelahnya otot pernapasan dan penurunan complains paru.
2. Seiring perkembangan syok, tekanan darah dan frekuensi denyut jantung akan meningkat dan aritmia mungkin terjadi.
3. Sakit kepala, kegelidahan adalah tanda awal hipoksia
4. Crakles disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler paru dan edema intraalbeolar
5. Akral dingan, kulit pucat dapat disebabkan oleh kompensasi hipoksemia yaitu respon vasokonstriksi
6. Mengukur konsentrasi oksigen dalam darah
7. Peningkatan PaO2 dan penurunan PaO2 adalah tanda hipoksemia dan asidosis respiratorik.
8. Suction mengluarkan sekresi jika pasien tidak efektif dalam membersihkan jalan napas
9. Posisi ini memfasilitasi ventilasi optimal
10.               Penambahan  oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan PaO2 dalam level yang dapat diterima
11.               Intubasi dan pemasanagn ventilator mekanik direkomendasikan untuk mencegah dokompensasi penuh dari pasien. Ventilasi mekanik menyediakan perawatan support untuk mempertahankan ventilasi dan oksigensi adekuat.
2.
Penurunan curah jantung b.d. perubahan preload, kontraktilitas, afterload
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat

Kriteria hasil:
·         Pulsasi perifer kuat
·         HR dbn
·         TD dbn
·         Urin outpun normal
·         Akral hangat
·         Kesadaran normal
1.   Periksa perubahan tingkat kesadaran
2.   Periksa feruensi denyut jantung, TD dan intra-arterial monitor sesuai order
3.   Periksa frekuensi denyut jantung, ritme, dan EKG
4.   Periksa suara jantung untuk adanya bunyi S3 dan S4
5.   Periksa pulsasi sentral dan perifer
6.   Periksa CRT
7.   Periksa frekunsi pernapasan, irama, dan auskultasi suara napas
8.   Monitor keseimbangan cairan dan peningkatan berat badan
9.   Monitor urin output
10.              Monitor nilai laboratorium: potassium dan magnesium
11.              Berikan cairan IV pada klien dengan penurunan preload
12.              Berikan oksigen tambahan
13.              Berikan mediksi untuk meningkatkan curah jantung sesuai order. Seperti dobutamin
1.   Kegelisahan dan ansietas adalah tanda awal hipoksia serebral. Kehilangan kesadaran muncul pada tahap lanjut.
2.   Sinus takikardi dan peningkatan TD terlihat pada tahap awal untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat.
3.   Disritmia jantung dapat terjadi karena perfusi yang kurang, asidosis, atau hipoksia. EKG 12 lead memberi bukti iskemik miokard
4.   S3 adalah tanda klasik kegagalan ventrikel kiri. S4 berkaitan dengan penurunan kompliens ventrikel.
5.   Pulsasi yang lemah menunjukan penurunan curah jantung
6.   CRT memanjang dan kadang absent
7.   Karakteristik syok termasuk pernapasan cepat dan dangkal, adanya suara napas tambahan seperti krekels dan wheezing
8.   Retensi airan dan sodium terjadi kareja mekanisme regulasi kompensasi. Berat badan adalah indicator kuat dari retensi cairan dan sodium
9.   Kompensasi system perkemihan terhadap penurunan BP adalah menahan cairan. Oliguria adalah tanda klasik tidak adekuatnya perfusi renal karena penurunan curah jantung
10.               Hipomaknesium dan hypokalemia dpat merujuk ke disritmia yang nantinya akan menurunkan curah janrung
11.               Status cairan yang optimal memastiakn tekanan pengisian ventrikel yang efektif.
12.               Mempertahankan saturasi oksigen tetap pada rentang normal
13.               Dobutamin memberi efek  inotropic positif yang akan meningkatkan curah jantung.
3.
Ketidakefektifan pola napas b.d. hiperventilasi, keletihan otot pernapasan, sindrom hipoventilasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif
Kriteria Hasil :
·         Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
·         Adanya penurunan dispneu
·         Analisa gas darah dalam batas normal

1.      Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
2.      Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setiap jam.
3.      Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
4.      Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan indikasi.
5.      Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2.
6.      Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam.
7.      Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan.
8.      Berikan dorongan untuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk.
9.      Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir.
10.  Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.


4.
Kekurangan volume cairan b.d. kegagalan mekanisme regulasi, kehilangan cairan aktif
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien akan menunjukan normovolemik

Kriteria hasil:
·         HR dbn
·         TD sistolik lebih dari 90 mmHg
·         Tidak ada ortostatis
·         Urin output normal
·         Turgor kulit elastis

1.      Monitor TD untuk perubahan ortostatik
2.      Untuk menentukkan efek dari pengobatan dan observasi tehadap efek samping yang mungkin timbul seperti : Hipokalemia dll.
3.      Periksa tanda-tanda penurunan kesadaran
4.      Monitor sumber kehilangan cairan
5.      Monitor turgor kulit, tanda-tanda dehidrasi
6.      Monitor intake output
7.      Perform primary survey
8.      Perform secondary survey
9.      Tingkatkan asupan oral jika memungkinkan
10.  Berikan terapi cairan IV
11.  Control perdarahan
12.  Kolaborasi pemberian produk darah sesuai kebutuhan
1.      Manifestasi dari kehilangan cairan adalah hipotensi postural
2.      Sinus takikardi dan peningkatan TD terlihat pada tahap awal untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat.
3.      Sakit kepala, kegelidahan adalah tanda awal hipoksia
4.      Agar kehilangan cairan dapat dikontrol
5.      Penurunan turgor merupakan tanda-tanda dehidrasi
6.      Menilai adanya dehidrasi atau retensi cairan
7.      Membantu mengidentifikasi cedera yang mengancam nyawa.
8.      Pemeriksaan head to toe
9.      Meningkatkan intake dan mempertahankan keseimbangan cairan
10.  Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat adalh prioritas.
11.  Mencegah kehilangan cairan
12.  Menggantikan darah yang hilang karena perdarahan 


5
Colaborative Diagnosis: Potential Complication Organ ischemia/dysfunction (multiple organ dysfunction syndrome [MODS]) related to:
1.      hypoperfusion of major organs associated with septic shock
2.      microvascular thrombosis associated with DIC if it occurs.

The client will not develop organ ischemia/dysfunction as evidenced by:
a.       usual mental status
b.      urine output at least 30 ml/hour
c.       unlabored respirations at 12 - 20/minute
d.      audible breath sounds without an increase in adventitious sounds
e.       absence of new or increased abdominal pain, distention, nausea, vomiting, and diarrhea
f.       BUN, creatinine, AST, ALT, and LDH within normal range.
1.     Assess for and report signs and symptoms of:
a.       cerebral ischemia (e.g. change in mental status)
b.      renal insufficiency (e.g. urine output less than 30 ml/hour, elevated BUN and creatinine)
c.       acute respiratory distress syndrome (e.g. dyspnea, increase in respiratory rate, low SaO2, crackles, cyanosis)
d.      intestinal ischemia (e.g. abdominal pain and distention, nausea, vomiting, diarrhea)
e.       liver dysfunction (e.g. increased AST, ALT, and LDH).
2.   Implement measures to reduce the risk for organ ischemia/dysfunction:
a.       perform actions to maintain adequate tissue perfusion (see Diagnosis 1, action b)
b.      perform actions to prevent and treat DIC (see actions B and C in the DIC complication).
3.   If signs and symptoms of organ ischemia/MODS occur:
a.       maintain oxygen therapy
b.      prepare client for transfer to critical care unit and insertion of hemodynamic monitoring devices (e.g. central venous catheter, intra-arterial catheter) and ventilatory support.





Daftar Pustaka

Budhram, G. R., & Bengiamin, R. N. (2014). Rosen’s emergency medicine :concepts and clinical practice
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2013). Nursing diagnosis manual.
herdman, T. h. (2012). Diagnosa keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014 (M. Sumarwati & N. B. Subhekti, Trans.). Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C. (Ed.). (2010). Brunner & Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing (12 ed. Vol. 2): Wolters Kluwer Health / Lippincott Williams & Wilkins.
 Toni Ashadi, (2006). Syok Hipovolemik. (online). Http:// www. Medicastore. Com/med/.detail-pyk. Phd?id. (diakses 12 Desember 2006).
Az Rifki, (2006). Kontrol terhadap syok hipovolemik. (online).Http://www. Kalbefarma. Com / file/cdk/15 penatalaksanaan. (diakses 12 Desember 2006).

No comments:

Post a Comment