Thursday 1 January 2015

Asuhan Keperawatan Abrupsio Plasenta



BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG
Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ manusia yang berfungsi sebagai media nutrisi untuk embrio yang ada dalam kandungan. Umumnya placenta terbentuk lengkap pada kehamilan < 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.
Letak placenta umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri. Karena alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.
Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi.
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR MEDIS
1.      Deskripsi
Abrupsio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif Mansjoer. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1, Media Aeskulapius. 2001).
Abrupsio plasenta adalah pemisahan premature plasenta dari dinding uterus. Biasanya terjadi setelah 20 minggu gestasi, tersering selama trimester ketiga. Penyebab perdarahan biasanya muncul selama paru kedua kehamilan. Prognosis janin bergantung pada usia gestasi dan banyaknya perdarahan . Prognosis ibu baik bila hemoragi dapat diatasi. Digolongkan berdasarkan derajat pemisahan plasenta dan beratnya gejala yang dialami ibu dan janin.

2.      Etiologi
a.       Penyebab pasti tidak diketahui
b.      Cedera traumatic
c.       Amniosentesis
d.      Hipertensi kronis atau gestasional
e.       Multi paritas
f.       Tali pusat pendek
g.      Difisiensi nutrisi
h.      Merokok
i.        Ibu berusia lanjut
j.        Tekanan pada vena kava akibat pembesaran uterus
k.      Diabetes mellitus

3.      Klasifikasi
a.       Solusio plasenta ringan (pemisahan marginal)
1)      Perdarahan per vagina ringan sampai sedang
2)      Nyeri abdomen bawah tidak jelas
3)      Nyeri tekan abdomen ringan sampai sedang
b.      Solusio plasenta sedang (sekitar 50% pemisahan plasenta)
a)      Nyeri abdomen terus-menerus
b)      Perdarahan per vagina sedang berwarna merah tua
c)      Awitan gejala mendadak atau berat
c.       Solusio plasenta berat (70% pemisahan plasenta)
a)      Awitan mendadak mendadak nyeri uterus hebat dan tidak mereda
b)      Perdarahan per vagina sedang

4.      Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.  Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karana syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya Solutio plasenta sampai selesai, makin hebat umumnya komplikasinya
Rupture spontan pembuluh darah pada dinding plasenta dapat disebabkan oleh kurangnya kekenyalan atau perubahan abnormal pada pembuluh darah uterus. Keadaan dapat diperumit oleh hipertensi atau pembesaran uterus yang tidak mampu berkontraksi secara adekuat  untuk membebaskan untai pembuluh. Bila perdarahan tidak diatasi, kemungkinan plasenta dapat robek sebagian atau total.

5.      Indens
Kebanyakan terjadi pada ibu multigravida yang berusia lebih dari 35 tahun, ibu hipertensi gestasional, dan ibu pengguna kokain.

6.      Karakteristik Umum
a.       Perdarahan pervagina
b.      Nyeri abdomen
c.       Nyeri tekan pada abdomen

7.      Manifestasi Klinis
a.       Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri di perut yang terus menerus, wama darah merah kehitaman.
b.      Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus enbois, wooden uterus).
c.       Palpasi janin sulit karena rahim keras
d.      Fundus uteri makin lama makin naik
e.       Auskultasi DJJ sering negatif
f.       KU pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar
g.      Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)
h.      Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan

8.      Komplikasi
a.       Hemoragi
b.      Syok
c.       Gagal ginjal
d.      Koagulasi Intravaskuler Desiminata
e.       Kematian ibu
f.       Kematian janin

9.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Laboratorium
Kadar hemoglobin serum dan hitung trombosit menurun. Perburukan solusio plasenta dan deteksi koagulasi intravaskuler desiminata detunjukan dengan produk belahan fibrin.


b.      Pencitraan
Pemeriksaan panggul secara ganda (persiapan untuk pelahiran secara darurat)m dan usg menyingkirkan diagnosis plasenta previa.

10.  Penatalaksanaan
a.       Umum
1)      Perdarahan dielavuasi dan diatasi
2)      Pelahiran bayi yang memiliki kemungkinan hidup
3)      Pencegahan ganguan koagulasi
4)      Bila pemisahan plasenta berat tanpa disertai tanda-tanda kehidupan janin, dilakukan pelahiran per vagian (kecuali terdapat kontra indikasi seperti hemoragi yang tidak terkendali atau komplikasi lain)
5)      Tidak makan atau minum sampai pelahiran selesesai
6)      Tirah baring sampai pelahiran selesai
b.      Pengobatan
Infus cairan iv dengan kateter berdiameter besar) sesuai instruksi
c.       Pembedahan
Pelahiran sesar bila bayi mengalami distress

B.        KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Penkajian
a.       Anemnesis
1)      Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut;kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang paling sakit,dimana plasenta terlepas.
2)      Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (Non-recurrent) terdiri dari darah segar dan beku-bekuan darah.
3)      Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
4)      Kepala terasa pusing,lemas,muntah,pucat,pandangan berkunang-kunang,ibu kelihatan anemis tidak sesuai banyaknya darah yang keluar.
5)      Kadang-kiadang ibu dapat menceritakan trauma dan factor kausal yang lain.
b.      Inspeksi
1)      Pasien gelisah,sering mengerang karena kesakitan
2)      Pucat,sianosis,keringat dingin
3)      Kelihatan darah pervaginam
c.       Palpasi
1)      Fundus uteri tambah naik  karena terbentuknya retroplasenter hematoma;uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
2)      Uterus teraba tegang dank eras seperti papan yang di sebut uterus in bois(woonden uterus)baik waktu his maupun di luar his
3)      Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas
4)      Bagian –bagian janin susah di kenali,Karena perut (uterus) tegang
d.      Auskultasi
Sulit karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas 140,kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
e.       Pemeriksaan dalam
1)      Serfiks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
2)      Kalo sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik sewaktu his atau di luar his.
3)      Kalo ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini sering di kacaukan dengan plasenta previa.



f.       Pemeriksaan Umum
1)      Tensi semula  mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
2)      Nadi cepat,kecil,filiformis
g.      Pemeriksaan laboratorium
1)      Urin
Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit
2)      Darah
Hb menurun (anemi),pemeriksaan golongan darah,kalo bisa cross match test.Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogenemia,maka di periksakan pula COT (Clot Observation test)tiap 1 jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg %).
h.      Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir,kita periksa plasentanya.Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas(krater)dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta,yang di sebut hematoma retroplasenter.
i.        Temuan pemeriksaan fisik berdasarkan derajat
1)      Solusio plasenta ringan
a)      Pemantauan janin mungkin mengindikasikan iritabilitas uterus
b)      Denyut jantung janin kuat dan teratur
2)      Solusio plasenta sedang
a)      Tanda-tanda vital menunjukan syok setelahnya
b)      Nyeri uterus tetap kuat di antara kontraksi
c)      Denyut jantung janin bradikardia dan ireguler atau hampir tak terdengar
d)     Persalinan yang biasanya berlangsung 2 jam, kali ini berlangsung cepat
3)      Solusio plasenta berat
a)      Tanda-tanda vital yang menunjukan syok berat yang terjadi dengan cepat
b)      Tidak ada denyut jantung janin
c)      Tekanan uterus menunjukan uterus rigid (kaku) seperti papan
d)     Kemungkinan terjadi pembesaran uterus pada solusio plasenta tersembunyi


Pathway









2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebih
b.      Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
c.       Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
d.      Risiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan penyulit persalinan: abrupsio plasenta
e.       Dukacita berhubungan dengan kemungkinan keguguran yang telah diantisipasi dan kehilangan anak yang diharapkan

3.      Intervensi Keperawatan
a.       Dx: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskular berlebihan ditandai dengan hipotensi, peningkatan frekwensi nadi, penurunan tekanan nadi, urin menurun / terkonsentasi, penurunan pengisian vena, perubahan mental.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keseimbangan cairan dapat tercapai.
Kriteria Hasil: Klien akan mendemonstrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
Intervensi:
1)      Evaluasi, laporkan dan catat jumlah serta sifat kehilangan darah, lakukan penghitungan pembalut, timbang pem-balut/pengalas.
Rasional: Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa setiap gram pening-katan berat pembalut sama dengan kehi-langan kira-kira 1 ml darah.
2)      Lakukan tirah baring, instruksikan klien untuk menghindari valsava anu-ver dan koltus. Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas.
Rasional: Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme (yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan.
3)      Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau po-sisi semi-fowler pada plasenta previa, hindari posisi trendelenburg.
Rasional: Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul meng-hindari kompresi vena kava, posisi semi – fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampan. Posisi trendelenburg dapat menurunkan keadaan pernafasan ibu.
4)      Catat tanda-tanda vital pengisian ka-piler pada dasar kuku, warna membran mukosa/kulit, dan suhu ukur tekanan vena sentral bila ada.
Rasional: Membantu menentukan beratnya kehilang-an darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah (TD) dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi dan / atau terjadinya syok. Juga pantau keadekukatan pengagantian cairan.
5)      Dapatkan atau tinjau ulang pemeriksa-an darah cepat : HDL, jenis dan pen-cocokan silang, titer Rn, kadar fibri-nogen, hitung trombosit, APTT, PT dan kadar HCG.
Rasional: Menetukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenai penyebab. Ht harus dipertahankan diatas 30% untuk mendukung transpor oksigen dan utrien.
6)      Siapkan untuk kelahiran sesaria bila ada diagnosa berikut : abrupsi plasenta berat bila janin hidup dan persalinan tidak terjadi. KID, atau plasenta previa bila janin matur, kelahiran vagina ti-dak mungkin, dan perdarahan berle-bihan atau tidak teratasi dengan tirah baring
Rasional: Hemoragi berhenti bila plsenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.
7)      Berikan larutan intravena, expander plasma, darah lengkap, atau sel-sel keemasan, sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.

b.      Dx: Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot / dilatasi serviks, trauma jaringan ditandai dengan melaporkan nyeri, perilaku distraksi, respon otonomik (perubahan pada nadi / TD).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang/terkontrol.
Kriteria Hasil:  Klien akan melaporkan nyeri / ketidaknyamanan hilang atau terkontrol. Klien akan mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi / aktivitas hiburan.
Intervensi:
1)      Tentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri kaji kontraksi uterus, hemoragi retro-plasenta atau nyeri tekan abdomen.
Rasional: Membantu dalam mendiagnosa dan memi-lih tindakan ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatidosa karena kontraksi uterus, yang mungkin di-perberat oleh infus oksitosin. Ruptur keha-milan ektopik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tubafalo-pi ruptur kedalam rongga abdomen. Abrup-si plasenta disertai dengan nyeri berat, khu-susnya bila terjadi hemoragi retroplasma tersembunyi.
2)      Kaji stres psikologis klien / pasangan dan respon emosional terhadap ke-jadian.
Rasional: Ansietas sebagai respon terhadap siatuasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrome ketagangan – takut nyeri.
3)      Berikan narkotik atau sedatif, berikan obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan dindikasikan.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan, menurunkan resiko komplikasi pembedahan.
4)      Siapkan untuk prosedur bedah, bila diindikasikan.
Rasional: Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.
5)      Berikan obat-obat sesuai indikasi : Analgesic (narkotik/nonnarkotik)
Rasional : menghilangkan nyeri dan menurunkan tegangan otot

c.       Dx: Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, krisis situasi ditandai dengan: Peningkatan tegangan , ketakutan kegelisahan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien tidak lagi mengalami ansietas.
Kriteria Hasil: Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan ansietas. Melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi. Menunjukan penurunan pada tanda-tanda perilaku seperti gelisah dan iritabilitas.
Intervensi:
1)      Jelaskan prosedur, tindakan, dan intervensi keperawatan
Rasional: menurunkan rasa takut akan ketidaktahuan; meningkatkan pembelajaran klien dan keterlibatan dalam tindakan
2)      Anjurkan tindakan untuk menurunkan ketegangan emosi, seperti teknik relaksasi dan pengungkapan masalah
Rasional: teknik pelepasan energy dan mengungkapkan masalah mengurangi ansietas. Relaksasi mencegah kelelahan otot dan memungkinkan klien untuk beristirahat.
3)      Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perilaku seperti kegelisahan, peka rangsang, dan menangis
Rasional: dapat menunjukkan perubahan pada tingkat ansietas; dapat menandakan kemampuan klien untuk mengatasi kejadian.
4)      Libatkan klien/orang terdekat pengembangan rencana perawatan ; tinjau ulang instruksi dan pembatasan.
Rasional: memberikan informasi dan membantu klien dan orang terdekat memahami kebutuhan intervensi serta pembatasan ; memberikan mereka perasaan mampu mengendalikan situasi.
5)      Anjurkan kontak melalui telepon atau bertemu dengan pasangan dan anak-anak. Bila ibu dirawat di rumah sakit, dianjurkan kontak dengan bayiny
Rasional : membantu menurunkan perpisahan dan isolasi

d.      Dx: Risiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan penyulit persalinan: abrupsio plasenta
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan tidak terjadi gangguan ibu dan janin.
Kriteria Hasil:
1)      NOC label >> Fetal Status : Antepartum
a)      HR janin dalam batas normal (120-160x/menit)
b)      Frekuensi pergerakan janin normal.
c)      Pola pergerakan janin normal.
2)      NOC label >> Maternal status : Antepartum
a)      Tanda-tanda vital dalam batas normal.
b)      Klien dapat mengidentifikasi koping adaptif dari ketidaknyamanan selama kehamilan.
c)      Klien tidak melaporkan adanya nyeri kepala,nyeri perut.
d)     Klien tidak  melaporkan adanya perdarahan pervaginal.
3)      NOC label >> Knowledge : Pregnancy
a)      Klien memahami pentingnya melakukan prenatal care.
b)      Klien mengetahui tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan.
c)      Klien dapat mengidentifikasi perubahan anatomis,psiologis,psikologis,dan emosional selama kehamilan.
d)     Klien mengetahui keuntungan dari beraktivitas saat hamil dan bisa menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat.
Intervensi:
1)         Kaji faktor medis yang berhubungan yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan
2)         Kaji riwayat obstetric yang berhubungan dengan kehamilan resiko tinggi
3)         Kaji pengetahuan klien untuk mengidentifikasi faktor resiko
4)         Memberikan informasi mengenai faktor resiko, pengawasan dan prosedur yang akan dilakukan
5)         Ajarkan klien untuk memonitor keadaan sendiri (TTV, monitor aktivitas uterin)
6)         Berikan informasi terkait tanda dan gejala yang memerlukan penanganan medis segera (ex : perdarahan pervagina, keluarnya cairan ketuban, edema, dll)
7)         Monitor status fisik dan psikososial selama kehamilan
8)         Kaji ekspresi, perasaan dan ketakutan tentang proses kehamilan dan keadaan klien
9)         Kaji riwayat perdarahan yang dialami klien
10)     Inspeksi perineum untuk melihat karakteristik perdarahan
11)     Monitor TTV selama kehamilan
12)     Monitor denyut jantung janin
13)     Palpasi untuk mengetahui kontraksi uteri atau peningkatan uteri tone
14)     Catat intake dan output cairan
15)     Anjurkan klien untuk melakukan bed rest dengan posisi lateral
16)     Anjurkan klien merubah gaya hidup untuk mengurangi resiko terjadinya perdarahan berulang
17)     Ajarkan klien untuk membedakan perdarahan lama dan baru


MASALAH LAIN PADA PLASENTA
1.   Plasenta previa
a.    Deskripsi
Plasenta previa adalah suatu keadaan di mana plasenta terletak pada segmen bawah uterus. Karena uterus berkontraksi dan berdilatasi pada minggu-minggu terakhir masa kehamilan, vili plasenta robek dari dinding uterus, membuka sinus-sinus uterus dan menyebabakan perdarahan. Jumlah perdarahan tergantung pada besarnya sinus-sinus yang terbuka. Plasenta previa digambarkan sebagai lengkap (seluruh plasenta menutup ostium internal), parsial (sebagian kecil plasenta menutup ostium internal), dan marginal tepi plasenta melekat dekat ostium internal tetapi tidak menutup ostium internal).
Plasenta previa terjadi pada satu dari 167 kelahiran dan lebih sering pada multipara. Satu plasenta previa pada lima kasus merupakan plasenta previa lengkap menutupi ostium internal. Karena letak plasenta yang demikian, bagian presentasi tidak dapat turun dan letak janin transversal biasanya terjadi.

b.   Pengkajian
Gejala-gejala primer pada plasenta previa adalah perdarahan dengan sedikit rasa sakit pada kehamilan semester ketiga. Janin tidak akan terpengaruh sampai terjadi perdarahan yang berlebihan dan ibu menjadi syok. Diagnosis dibuat dengan melakukan pemeriksaan bagian, tetapi hal ini sering membaha;yakan dan tidak dilakukan kecuali satu set peralatan bedah cesarean telah disiapkan. Diagnosis tak langsung dapat ditertapkan dengan scan ultrasonografi.

c.    Intervensi
Bila kehamilan kuran dari 37 minggu, sauhan keperawatan uang diberikan meliputi:

1)      Tirah baring
2)      Tidak dilakukan pemeriksaan vagina atau rektal
3)      Pemeriksaan kehilangan darah dengan teratur, kontraksi uterus, tasa sakit, DJJ, dan tanda-tanda bital seta pemeriksaan fisik.
4)      Cairan intravena (ringer laktat)
5)      Dua unit darah yang telah diperiksa silang tersedia untuk transfuse
6)      Dorongan dan komuniasi yang berkelanjutan dengan pasien dankeluarga mengenai kemajuan kondisinya.

Pada minggu ke-37 kehamilan, persalinan dilakukan dengan cesarean atau induksi tergantung pada derajat previa. Pemeriksaan vagina dilakukan di ruang persalinan dengan dua set peralatan, di mana peralatan tersebut terdiri dari vagianal set dan set bedah cesarean yang telah disiapkan. Volume sel-sel darah, jumlah eritrosit, dan hemoglobin bayi diperiksa segera. Oksigen dan darah diberikan sesuai kebutuahan. Ibu dan pasangannya tetap diinformasikan dapa diberikan dukungan karena mereka harus mengatasi kejadian yang tidak diharapkan tersebut. 

d.   Perbedaan Solutio plasenta dengan plasenta previa:
1)      Solutio Plasenta
a)       Pendarahan dengan nyeri
b)       pendarahan segera disusul partus
c)       pendarahan keluar hanya sedikit
d)       palpasi sukar 
e)       bunyi jantung anak biasanya tidak ada
f)        pada toucher tidak teraba plasenta tapi ketuban yang terus menerus tegang
g)       ada impresi pada jaringan plasenta karena hematom
2)      Plasenta Previa
a)       Pendarahan tanpa nyeri
b)       pendarahan berulang-ulang sebelum partus
c)       pendarahan keluar banyak 
d)       bagian depan tinggi
e)       biasanya ada bunyi jantung
f)        teraba jaringan plasenta 
g)       robekan selaput marginal



















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Abrupsio plasenta adalah pemisahan premature plasenta dari dinding uterus. Penyebab pasti tidak diketahui. Abrupsio plasenta dapat menimbukan komplikasi seperti yang serius seperti hemoragi, syok, gagal ginjal, KID, kematian ibu, dan kematian janin. Penatalaksanaan pada kasus abrupsio plasenta berupa elavuasi dan atasi perdarahan, pencegahan ganguan koagulasi, pelahiran per vagina jika pemisahan plasenta berat dan disertai tanda-tanda kehidupan janin, tidak makan atau minum sampai pelahiran selesesai, tirah baring, infus cairan iv, dan pelahiran sesar bila bayi mengalami distress.
Adapun masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan abrupsio plasenta adalah kekurangan volume cairan, nyeri akut, ansietas, risiko gangguan hubungan ibu-janin, dan dukacita.
Masalah lain pada plasenta yang mirip dengan abrupsio plasenta adalah plasenta previa. Plasenta previa adalah suatu keadaan di mana plasenta terletak pada segmen bawah uterus.
Pada abrupsio plasenta, terdapat pendarahan dengan nyeri dan segera disusul partus sedangkan pada plasenta previa perdarahan terjadi tanpa disertai nyeri dan perdarahan terjadi berulang-ulang sebelum partus. Pada abrupsio plasenta bunyi jantung bayi biasanya tidak ada sedangkan pada plasenta previa biasanya ada bunyi jantung.







DAFTAR PUSTAKA

Manjoer,Ariff dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi II.Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Sastra, Sulaiman Winata dkk. 2003. Obsterti Ilmu Kesehatan Reproduksi, edisi 2. Jakarta:EGC.
Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
Williams Lippincott. 2012. Kapita selekta penyakit dengan implikasi keperawatan. Jakarta : EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014 . Jakarta: EGC



No comments:

Post a Comment