BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ manusia yang berfungsi sebagai
media nutrisi untuk embrio yang ada dalam kandungan. Umumnya placenta terbentuk
lengkap pada kehamilan < 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh
kavum uteri.
Letak placenta
umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri.
Karena alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas,
sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.
Pada awal kehamilan,
plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar yang bertanggung
jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan membuang
produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus dan pada
tali pusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi.
Solusio plasenta atau disebut abruption
placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi
normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu
dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang
memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini
terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. KONSEP
DASAR MEDIS
1.
Deskripsi
Abrupsio Plasenta adalah lepasnya plasenta
dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia di atas
28 minggu. (Arif Mansjoer. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1, Media Aeskulapius.
2001).
Abrupsio
plasenta adalah pemisahan premature plasenta dari dinding uterus. Biasanya
terjadi setelah 20 minggu gestasi, tersering selama trimester ketiga. Penyebab
perdarahan biasanya muncul selama paru kedua kehamilan. Prognosis janin
bergantung pada usia gestasi dan banyaknya perdarahan . Prognosis ibu baik bila
hemoragi dapat diatasi. Digolongkan berdasarkan derajat pemisahan plasenta dan
beratnya gejala yang dialami ibu dan janin.
2.
Etiologi
a. Penyebab
pasti tidak diketahui
b. Cedera
traumatic
c. Amniosentesis
d. Hipertensi
kronis atau gestasional
e. Multi
paritas
f. Tali
pusat pendek
g. Difisiensi
nutrisi
h. Merokok
i.
Ibu berusia lanjut
j.
Tekanan pada vena kava akibat pembesaran
uterus
k. Diabetes
mellitus
3.
Klasifikasi
a. Solusio
plasenta ringan (pemisahan marginal)
1) Perdarahan
per vagina ringan sampai sedang
2) Nyeri
abdomen bawah tidak jelas
3) Nyeri
tekan abdomen ringan sampai sedang
b. Solusio
plasenta sedang (sekitar 50% pemisahan plasenta)
a) Nyeri
abdomen terus-menerus
b) Perdarahan
per vagina sedang berwarna merah tua
c) Awitan
gejala mendadak atau berat
c. Solusio
plasenta berat (70% pemisahan plasenta)
a) Awitan
mendadak mendadak nyeri uterus hebat dan tidak mereda
b) Perdarahan
per vagina sedang
4.
Patofisiologi
Perdarahan
dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma
pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang
kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus
dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas.
Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya
perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar,
sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina;
atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan
ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya
berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal
ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya.
Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan
jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan
masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di
mana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen.
Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah
tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi
ginjal akan terganggu karana syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan
proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih
dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang
biasanya berakibat fatal.
Nasib
janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus.
Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama
sekali, atau mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya
gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak
terjadinya Solutio plasenta sampai selesai, makin hebat umumnya komplikasinya
Rupture
spontan pembuluh darah pada dinding plasenta dapat disebabkan oleh kurangnya
kekenyalan atau perubahan abnormal pada pembuluh darah uterus. Keadaan dapat
diperumit oleh hipertensi atau pembesaran uterus yang tidak mampu berkontraksi
secara adekuat untuk membebaskan untai
pembuluh. Bila perdarahan tidak diatasi, kemungkinan plasenta dapat robek
sebagian atau total.
5.
Indens
Kebanyakan
terjadi pada ibu multigravida yang berusia lebih dari 35 tahun, ibu hipertensi
gestasional, dan ibu pengguna kokain.
6.
Karakteristik Umum
a. Perdarahan
pervagina
b. Nyeri
abdomen
c. Nyeri
tekan pada abdomen
7.
Manifestasi
Klinis
a. Perdarahan pervaginam disertai rasa
nyeri di perut yang terus menerus, wama darah merah kehitaman.
b. Rahim keras seperti papan dan nyeri
dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta
hingga rahim teregang (uterus enbois, wooden uterus).
c. Palpasi janin sulit karena rahim
keras
d. Fundus uteri makin lama makin naik
e. Auskultasi DJJ sering negatif
f. KU pasien lebih buruk dari jumlah
darah yang keluar
g. Sering terjadi renjatan (hipovolemik
dan neurogenik)
h. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan
kesakitan
8.
Komplikasi
a. Hemoragi
b. Syok
c. Gagal
ginjal
d. Koagulasi
Intravaskuler Desiminata
e. Kematian
ibu
f. Kematian
janin
9.
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Kadar hemoglobin serum dan hitung
trombosit menurun. Perburukan solusio plasenta dan deteksi koagulasi
intravaskuler desiminata detunjukan dengan produk belahan fibrin.
b. Pencitraan
Pemeriksaan panggul secara ganda
(persiapan untuk pelahiran secara darurat)m dan usg menyingkirkan diagnosis
plasenta previa.
10.
Penatalaksanaan
a. Umum
1) Perdarahan
dielavuasi dan diatasi
2) Pelahiran
bayi yang memiliki kemungkinan hidup
3) Pencegahan
ganguan koagulasi
4) Bila
pemisahan plasenta berat tanpa disertai tanda-tanda kehidupan janin, dilakukan
pelahiran per vagian (kecuali terdapat kontra indikasi seperti hemoragi yang
tidak terkendali atau komplikasi lain)
5) Tidak
makan atau minum sampai pelahiran selesesai
6) Tirah
baring sampai pelahiran selesai
b. Pengobatan
Infus
cairan iv dengan kateter berdiameter besar) sesuai instruksi
c. Pembedahan
Pelahiran sesar bila bayi mengalami distress
B.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Penkajian
a. Anemnesis
1) Perasaan
sakit yang tiba-tiba di perut;kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana
yang paling sakit,dimana plasenta terlepas.
2) Perdarahan
pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (Non-recurrent)
terdiri dari darah segar dan beku-bekuan darah.
3) Pergerakan
anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak
bergerak lagi).
4) Kepala
terasa pusing,lemas,muntah,pucat,pandangan berkunang-kunang,ibu kelihatan
anemis tidak sesuai banyaknya darah yang keluar.
5) Kadang-kiadang
ibu dapat menceritakan trauma dan factor kausal yang lain.
b. Inspeksi
1) Pasien
gelisah,sering mengerang karena kesakitan
2) Pucat,sianosis,keringat
dingin
3) Kelihatan darah
pervaginam
c. Palpasi
1) Fundus uteri
tambah naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma;uterus tidak
sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Uterus
teraba tegang dank eras seperti papan yang di sebut uterus in bois(woonden
uterus)baik waktu his maupun di luar his
3) Nyeri tekan
terutama di tempat plasenta tadi terlepas
4) Bagian
–bagian janin susah di kenali,Karena perut (uterus) tegang
d. Auskultasi
Sulit karena uterus tegang.Bila
denyut jantung janin terdengar biasanya di atas 140,kemudian turun di bawah 100
dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
e. Pemeriksaan
dalam
1) Serfiks bisa
telah terbuka atau masih tertutup.
2) Kalo sudah
terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik sewaktu his atau di
luar his.
3) Kalo ketuban
sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan turun ke
bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini sering di
kacaukan dengan plasenta previa.
f. Pemeriksaan
Umum
1) Tensi
semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit
vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
2) Nadi
cepat,kecil,filiformis
g. Pemeriksaan
laboratorium
1) Urin
Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit
2) Darah
Hb menurun (anemi),pemeriksaan golongan darah,kalo
bisa cross match test.Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah a/hipofibrinogenemia,maka di periksakan pula COT (Clot
Observation test)tiap 1 jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes
kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg %).
h. Pemeriksaan
plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir,kita periksa
plasentanya.Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang
terlepas(krater)dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta,yang
di sebut hematoma retroplasenter.
i.
Temuan pemeriksaan fisik berdasarkan
derajat
1) Solusio
plasenta ringan
a) Pemantauan
janin mungkin mengindikasikan iritabilitas uterus
b) Denyut
jantung janin kuat dan teratur
2) Solusio
plasenta sedang
a) Tanda-tanda
vital menunjukan syok setelahnya
b) Nyeri
uterus tetap kuat di antara kontraksi
c) Denyut
jantung janin bradikardia dan ireguler atau hampir tak terdengar
d) Persalinan
yang biasanya berlangsung 2 jam, kali ini berlangsung cepat
3) Solusio
plasenta berat
a) Tanda-tanda
vital yang menunjukan syok berat yang terjadi dengan cepat
b) Tidak
ada denyut jantung janin
c) Tekanan
uterus menunjukan uterus rigid (kaku) seperti papan
d) Kemungkinan
terjadi pembesaran uterus pada solusio plasenta tersembunyi
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan perdarahan yang berlebih
b.
Nyeri akut berhubungan dengan trauma
jaringan
c.
Ansietas berhubungan dengan krisis
situasi
d.
Risiko gangguan hubungan ibu-janin
berhubungan dengan penyulit persalinan: abrupsio plasenta
e.
Dukacita berhubungan dengan kemungkinan
keguguran yang telah diantisipasi dan kehilangan anak yang diharapkan
3. Intervensi
Keperawatan
a.
Dx:
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskular berlebihan
ditandai dengan hipotensi, peningkatan frekwensi nadi, penurunan tekanan nadi,
urin menurun / terkonsentasi, penurunan pengisian vena, perubahan mental.
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keseimbangan
cairan dapat tercapai.
Kriteria
Hasil: Klien akan mendemonstrasikan kestabilan / perbaikan
keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian
kapiler cepat, sensorium tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat
secara individual.
Intervensi:
1)
Evaluasi, laporkan dan catat jumlah
serta sifat kehilangan darah, lakukan penghitungan pembalut, timbang
pem-balut/pengalas.
Rasional: Perkiraan
kehilangan darah membantu membedakan diagnosa setiap gram pening-katan berat
pembalut sama dengan kehi-langan kira-kira 1 ml darah.
2)
Lakukan tirah baring, instruksikan klien
untuk menghindari valsava anu-ver dan koltus. Perdarahan dapat berhenti dengan
reduksi aktivitas.
Rasional: Peningkatan
tekanan abdomen atau orgasme (yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang
perdarahan.
3)
Posisikan klien dengan tepat, telentang
dengan panggul ditinggikan atau po-sisi semi-fowler pada plasenta previa, hindari
posisi trendelenburg.
Rasional: Menjamin
keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul meng-hindari
kompresi vena kava, posisi semi – fowler memungkinkan janin bertindak sebagai
tampan. Posisi trendelenburg dapat menurunkan keadaan pernafasan ibu.
4)
Catat tanda-tanda vital pengisian
ka-piler pada dasar kuku, warna membran mukosa/kulit, dan suhu ukur tekanan
vena sentral bila ada.
Rasional: Membantu
menentukan beratnya kehilang-an darah, meskipun sianosis dan perubahan pada
tekanan darah (TD) dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi
dan / atau terjadinya syok. Juga pantau keadekukatan pengagantian cairan.
5)
Dapatkan atau tinjau ulang pemeriksa-an
darah cepat : HDL, jenis dan pen-cocokan silang, titer Rn, kadar fibri-nogen,
hitung trombosit, APTT, PT dan kadar HCG.
Rasional: Menetukan
jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenai penyebab. Ht
harus dipertahankan diatas 30% untuk mendukung transpor oksigen dan utrien.
6)
Siapkan untuk kelahiran sesaria bila ada
diagnosa berikut : abrupsi plasenta berat bila janin hidup dan persalinan tidak
terjadi. KID, atau plasenta previa bila janin matur, kelahiran vagina ti-dak
mungkin, dan perdarahan berle-bihan atau tidak teratasi dengan tirah baring
Rasional: Hemoragi
berhenti bila plsenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.
7)
Berikan larutan intravena, expander
plasma, darah lengkap, atau sel-sel keemasan, sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan
volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.
b.
Dx:
Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot / dilatasi serviks, trauma
jaringan ditandai dengan melaporkan nyeri, perilaku distraksi, respon otonomik
(perubahan pada nadi / TD).
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang/terkontrol.
Kriteria
Hasil: Klien akan
melaporkan nyeri / ketidaknyamanan hilang atau terkontrol. Klien akan
mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi / aktivitas hiburan.
Intervensi:
1)
Tentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri
kaji kontraksi uterus, hemoragi retro-plasenta atau nyeri tekan abdomen.
Rasional: Membantu
dalam mendiagnosa dan memi-lih tindakan ketidaknyamanan dihubungkan dengan
aborsi spontan dan molahidatidosa karena kontraksi uterus, yang mungkin
di-perberat oleh infus oksitosin. Ruptur keha-milan ektopik mengakibatkan nyeri
hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tubafalo-pi ruptur kedalam rongga
abdomen. Abrup-si plasenta disertai dengan nyeri berat, khu-susnya bila terjadi
hemoragi retroplasma tersembunyi.
2)
Kaji stres psikologis klien / pasangan
dan respon emosional terhadap ke-jadian.
Rasional: Ansietas
sebagai respon terhadap siatuasi darurat dapat memperberat derajat
ketidaknyamanan karena sindrome ketagangan – takut nyeri.
3)
Berikan narkotik atau sedatif, berikan
obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan dindikasikan.
Rasional: Meningkatkan
kenyamanan, menurunkan resiko komplikasi pembedahan.
4)
Siapkan untuk prosedur bedah, bila
diindikasikan.
Rasional: Tindakan
terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.
5) Berikan
obat-obat sesuai indikasi : Analgesic (narkotik/nonnarkotik)
Rasional : menghilangkan nyeri dan
menurunkan tegangan otot
c. Dx: Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan, krisis situasi ditandai dengan:
Peningkatan tegangan , ketakutan kegelisahan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien tidak
lagi mengalami ansietas.
Kriteria
Hasil: Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan ansietas.
Melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi. Menunjukan
penurunan pada tanda-tanda perilaku seperti gelisah dan iritabilitas.
Intervensi:
1) Jelaskan
prosedur, tindakan, dan intervensi keperawatan
Rasional: menurunkan rasa takut
akan ketidaktahuan; meningkatkan pembelajaran klien dan keterlibatan dalam tindakan
2) Anjurkan
tindakan untuk menurunkan ketegangan emosi, seperti teknik relaksasi dan
pengungkapan masalah
Rasional: teknik pelepasan energy
dan mengungkapkan masalah mengurangi ansietas. Relaksasi mencegah kelelahan
otot dan memungkinkan klien untuk beristirahat.
3) Pantau
tanda-tanda vital dan tanda-tanda perilaku seperti kegelisahan, peka rangsang,
dan menangis
Rasional: dapat menunjukkan
perubahan pada tingkat ansietas; dapat menandakan kemampuan klien untuk
mengatasi kejadian.
4) Libatkan
klien/orang terdekat pengembangan rencana perawatan ; tinjau ulang instruksi
dan pembatasan.
Rasional: memberikan informasi dan
membantu klien dan orang terdekat memahami kebutuhan intervensi serta
pembatasan ; memberikan mereka perasaan mampu mengendalikan situasi.
5) Anjurkan kontak melalui telepon atau
bertemu dengan pasangan dan anak-anak. Bila ibu dirawat di rumah sakit,
dianjurkan kontak dengan bayiny
Rasional
: membantu menurunkan perpisahan dan isolasi
d.
Dx:
Risiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan penyulit persalinan:
abrupsio plasenta
Tujuan:
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan tidak terjadi
gangguan ibu dan janin.
Kriteria Hasil:
1) NOC
label >> Fetal Status : Antepartum
a)
HR janin dalam batas normal (120-160x/menit)
b)
Frekuensi pergerakan janin normal.
c)
Pola pergerakan janin normal.
2) NOC
label >> Maternal status : Antepartum
a)
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
b)
Klien dapat mengidentifikasi koping adaptif
dari ketidaknyamanan selama kehamilan.
c)
Klien tidak melaporkan adanya nyeri
kepala,nyeri perut.
d)
Klien tidak
melaporkan adanya perdarahan pervaginal.
3) NOC
label >> Knowledge : Pregnancy
a)
Klien memahami pentingnya melakukan prenatal
care.
b)
Klien mengetahui tanda dan gejala dari
komplikasi kehamilan.
c)
Klien dapat mengidentifikasi perubahan
anatomis,psiologis,psikologis,dan emosional selama kehamilan.
d)
Klien mengetahui keuntungan dari beraktivitas
saat hamil dan bisa menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat.
Intervensi:
1)
Kaji
faktor medis yang berhubungan yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan
2)
Kaji
riwayat obstetric yang berhubungan dengan kehamilan resiko tinggi
3)
Kaji
pengetahuan klien untuk mengidentifikasi faktor resiko
4)
Memberikan
informasi mengenai faktor resiko, pengawasan dan prosedur yang akan dilakukan
5)
Ajarkan
klien untuk memonitor keadaan sendiri (TTV, monitor aktivitas uterin)
6)
Berikan
informasi terkait tanda dan gejala yang memerlukan penanganan medis segera (ex
: perdarahan pervagina, keluarnya cairan ketuban, edema, dll)
7)
Monitor
status fisik dan psikososial selama kehamilan
8)
Kaji
ekspresi, perasaan dan ketakutan tentang proses kehamilan dan keadaan klien
9)
Kaji riwayat perdarahan yang dialami klien
10)
Inspeksi perineum untuk melihat karakteristik
perdarahan
11)
Monitor TTV selama kehamilan
12)
Monitor denyut jantung janin
13)
Palpasi untuk mengetahui kontraksi uteri atau
peningkatan uteri tone
14)
Catat intake dan output cairan
15)
Anjurkan klien untuk melakukan bed rest dengan posisi
lateral
16)
Anjurkan klien merubah gaya hidup untuk mengurangi
resiko terjadinya perdarahan berulang
17)
Ajarkan klien untuk membedakan perdarahan lama dan
baru
MASALAH LAIN PADA PLASENTA
1. Plasenta
previa
a. Deskripsi
Plasenta previa
adalah suatu keadaan di mana plasenta terletak pada segmen bawah uterus. Karena
uterus berkontraksi dan berdilatasi pada minggu-minggu terakhir masa kehamilan,
vili plasenta robek dari dinding uterus, membuka sinus-sinus uterus dan
menyebabakan perdarahan. Jumlah perdarahan tergantung pada besarnya sinus-sinus
yang terbuka. Plasenta previa digambarkan sebagai lengkap (seluruh plasenta menutup
ostium internal), parsial (sebagian kecil plasenta menutup ostium internal),
dan marginal tepi plasenta melekat dekat ostium internal tetapi tidak menutup
ostium internal).
Plasenta previa
terjadi pada satu dari 167 kelahiran dan lebih sering pada multipara. Satu
plasenta previa pada lima kasus merupakan plasenta previa lengkap menutupi
ostium internal. Karena letak plasenta yang demikian, bagian presentasi tidak
dapat turun dan letak janin transversal biasanya terjadi.
b. Pengkajian
Gejala-gejala
primer pada plasenta previa adalah perdarahan dengan sedikit rasa sakit pada
kehamilan semester ketiga. Janin tidak akan terpengaruh sampai terjadi
perdarahan yang berlebihan dan ibu menjadi syok. Diagnosis dibuat dengan
melakukan pemeriksaan bagian, tetapi hal ini sering membaha;yakan dan tidak
dilakukan kecuali satu set peralatan bedah cesarean telah disiapkan. Diagnosis
tak langsung dapat ditertapkan dengan scan ultrasonografi.
c. Intervensi
Bila kehamilan kuran dari 37
minggu, sauhan keperawatan uang diberikan meliputi:
1) Tirah
baring
2) Tidak
dilakukan pemeriksaan vagina atau rektal
3) Pemeriksaan
kehilangan darah dengan teratur, kontraksi uterus, tasa sakit, DJJ, dan
tanda-tanda bital seta pemeriksaan fisik.
4) Cairan
intravena (ringer laktat)
5) Dua
unit darah yang telah diperiksa silang tersedia untuk transfuse
6) Dorongan
dan komuniasi yang berkelanjutan dengan pasien dankeluarga mengenai kemajuan
kondisinya.
Pada minggu ke-37 kehamilan, persalinan dilakukan
dengan cesarean atau induksi tergantung pada derajat previa. Pemeriksaan vagina
dilakukan di ruang persalinan dengan dua set peralatan, di mana peralatan
tersebut terdiri dari vagianal set dan set bedah cesarean yang telah disiapkan.
Volume sel-sel darah, jumlah eritrosit, dan hemoglobin bayi diperiksa segera.
Oksigen dan darah diberikan sesuai kebutuahan. Ibu dan pasangannya tetap
diinformasikan dapa diberikan dukungan karena mereka harus mengatasi kejadian
yang tidak diharapkan tersebut.
d. Perbedaan Solutio plasenta dengan plasenta previa:
1) Solutio
Plasenta
a)
Pendarahan
dengan nyeri
b)
pendarahan
segera disusul partus
c)
pendarahan
keluar hanya sedikit
d)
palpasi
sukar
e)
bunyi
jantung anak biasanya tidak ada
f)
pada
toucher tidak teraba plasenta tapi ketuban yang terus menerus tegang
g)
ada
impresi pada jaringan plasenta karena hematom
2) Plasenta Previa
a)
Pendarahan
tanpa nyeri
b)
pendarahan
berulang-ulang sebelum partus
c)
pendarahan
keluar banyak
d)
bagian
depan tinggi
e)
biasanya
ada bunyi jantung
f)
teraba
jaringan plasenta
g)
robekan
selaput marginal
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abrupsio
plasenta adalah pemisahan premature plasenta dari dinding uterus. Penyebab
pasti tidak diketahui. Abrupsio plasenta dapat menimbukan komplikasi seperti
yang serius seperti hemoragi, syok, gagal ginjal, KID, kematian ibu, dan kematian
janin. Penatalaksanaan pada kasus abrupsio plasenta berupa elavuasi dan atasi
perdarahan, pencegahan ganguan koagulasi, pelahiran per vagina jika pemisahan
plasenta berat dan disertai tanda-tanda kehidupan janin, tidak makan atau minum
sampai pelahiran selesesai, tirah baring, infus cairan iv, dan pelahiran sesar
bila bayi mengalami distress.
Adapun masalah
keperawatan yang muncul pada pasien dengan abrupsio plasenta adalah kekurangan
volume cairan, nyeri akut, ansietas, risiko gangguan hubungan ibu-janin, dan dukacita.
Masalah lain
pada plasenta yang mirip dengan abrupsio plasenta adalah plasenta previa. Plasenta
previa adalah suatu keadaan di mana plasenta terletak pada segmen bawah uterus.
Pada abrupsio plasenta,
terdapat pendarahan
dengan nyeri dan segera disusul partus sedangkan pada plasenta previa
perdarahan terjadi tanpa disertai nyeri dan perdarahan terjadi berulang-ulang
sebelum partus. Pada abrupsio plasenta bunyi jantung bayi biasanya tidak ada
sedangkan pada plasenta previa biasanya ada bunyi jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Manjoer,Ariff dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi II.Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
Sastra, Sulaiman Winata dkk. 2003. Obsterti Ilmu Kesehatan Reproduksi, edisi
2. Jakarta:EGC.
Tucker, Susan
Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien,
Edisi 5, Volume 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
Williams
Lippincott. 2012. Kapita selekta penyakit
dengan implikasi keperawatan. Jakarta : EGC.
NANDA
International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi 2012-2014 . Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment