BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kanker
adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel
(komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan
sel-sel.
Kanker
adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak normal (yaitu, tumbuh sangat
cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan
tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan
penyakit menular. Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai
akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas
dan sangat liar.
Kanker
didefinisikan sebagai pertumbuhan tidak terkontrol sel-sel yang menyerang dan
menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya. Kanker mulut muncul akibat
pertumbuhan atau luka pada mulut yang tidak hilang. Kanker mulut meliputi
kanker bibir, lidah, pipi, dasar mulut, langit-langit lunak dan keras,
sinus, dan faring (tenggorokan), dapat mengancam kehidupan jika tidak
didiagnosis dan diobati dini.
Kanker
rongga mulut adalah tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh secara cepat dan
menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endontel, dan dapat
bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik pada tahap awal.
B.
RUMUSAN
MASALAH
·
Apa yang dimaksut
kanker rongga mulut ?
·
Apa saja klasifikasi
dan tingkatan kanker rongga mulut ?
·
Bagaimana asuhan
keperawatan terhadap klien dengan kanker rongga mulut ?
C.
TUJUAN
Agar
kita lebih memahami mengenai kanker rongga mulut serta klasifikasi, tingkatan
dan asuhan keperawatan terhadap klien dengan kanker rongga mulut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP
DASAR MEDIS
1.
Anatomi Dan Fisiologi Mulut
a. Mulut (Oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju
system pencernaan dan berisis organ aksesori yang bersifat dalam proses awal
pencernaan.
Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
1)
Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi,
bibir dan pipi.
2)
Bagian rongga mulut (bagian) dalam yaitu rongga yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah
belakang bersambung dengan faring.
b. Rongga Mulut
1)
Gigi
Bagian gigi terdapat gigi (anterior)
tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi osterior tugasnya menggiling. Pada
umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial
ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak.
Perangsangan formasio retikularis
dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan
mengunyah secara ritmis dan kontinu.[
Mengunyah makanan bersifat penting
untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan
syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat
dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan.
2) Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang
lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel sustentakular dan yang
lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat
dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi
selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk
menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk kejalan
nafas. Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian, yaitu radiks lingua (pangkal
lidah), dorsum lingua (punggung lidah), apek lingua (ujung lidah).
c. Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah yaitu kelenjar yang
memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ii
mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut
dipersarafi oleh saraf tak sadar.
1) Kelenjar parotis, letaknya dibawah
depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis pada
duktus stensoni.
2) Kelenjar submaksilaris terletak
dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni.
3) Kelenjar subliingualis, dibawah
selaput lendir, bermuara di dasar raongga mulut.
Fungsi saliva :
a)
Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk
menjado bolus
b)
Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab,
sehingga memudahkan lidah bergerak utnuk bericara
c)
Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat
mengubah zat tepung menjadi maltose polisakarida
d) Seperti zat buangan seperti asam
urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi kedalam saliva
e)
Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk
memberikan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah
kerusakan gigi.
2. Definisi Kanker Rongga Mulut
Kaker rongga mulut ialah keganasan yang terjadi di dalam
rongga yang dibatasi oleh vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus
anterior di bagianbelakan. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir, lidah,
gusi, mukosa dan palatum.
Bagian-bagian yang dapat terkena
kanker rongga mulut:
a. Kanker pada lidah
Hampir 80% kanker lidah terletak pada 2/3 anterior lidah (umumnya
pada tepi lateral dan bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada posterior
lidah. Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker tersebut. Bila
terletak pada bagian 2/3 anterior lidah, keluhan utamanya adalah timbulnya
suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit. Bila timbul pada 1/3 posterior,
kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang
dialami biasanya dihubungkan dengan rasa sakit tenggorokan.
Kanker yang terletak 2/3 anterior lidah lebih dapat dideteksi dini
daripada rang terletak pada 1/3 posterior lidah. Kadang-kadang metastase limph
node regional mungkin merupakan indikasi pertama dari kanker kecil pada lidah.
Pada stadium awal, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi
dalam berbagai bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan
eksofitik atau endofitik bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus.
Lama-kelamaan ulkus ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam jangan tepi yang
mengalami indurasi.
Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada infeksi sekunder.
b. Kanker pada bibir
Kanker bibir selalu dihubungkan dengan orang-orang yang memiliki
aktivitas diluar seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin terlibat
dalam Datogenese kanker bibir. Umumnya lebih banyak terjadi pada bibir bawah
jaripada bibir atas.
Pada awal pertumbuhan, lesi dapat berupa nodul kecil atau ulkus
yang tidak sembuh-sembuh. Deteksi tumor pada keadaan ini memberikan kesempatan
untuk menemukan karsinoma dini. Lesi yang lebih lanjut dapat berbentuk
papillari, ulseratif atau infiltratif. Tipe papilomatous dapat diawali dari epitel
yang menebal dan sebagian dari epitel ini tetap berada pada superficial.
Lesi-lesi yang ulseratif dan infiltratif diawali dari epitel yang menebal
tetapi selanjutnya mengalami infiltrasi lebih dalam. Tanda yang paling penting
adalah terdapat indurasi yang didapat pada pinggiran ulkus.
c.
Kanker dasar mulut.
Kanker pada dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan
alkohol dan tembakau. Pada stage awal mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila
lesi berkembang pasien akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam mulut atau
perasaan tidak nyaman.
Secara klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa
ulserasi dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat frenulum
lingual. Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa yang kemerah-merahan, nodul
yang tidak sakit atau dapat berasal dari leukoplakia. Pada kanker tahap lanjut
dapat terjadi pertumbuhan eksofitik atau infiltratif.
d.
Kanker pada mukosa pipi.
Di negara yang sedang berkembang, kanker pada mukosa pipi
dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih, kapur dan
tembakau. Susur tersebut berkontak dengan mukosa pipi kiri dan kanan selama
beberapa jam.
Pada awalnya lesi tidak menimbulkan simptom, terlihat sebagai
suatu daerah eritematus, ulserasi yang kecil, daerah merah dengan indurasi dan
kadang-kadang dihubungkan dengan leukoplakia tipe nodular. Dengan meningkatnya
ukuran tumor, akan menjadi target trauma pada waktu mengunyah, sehingga
cenderung menjadi ulserasi dan infiltratif.
e.
Kanker pada gingiva.
Kanker pada gingiva umumnya berasal dari daerah dimana susur
tembakau ditempatkan pada orang-orang yang memiliki kebiasaan ini. Daerah yang
terlibat biasanya lebih sering pada gingiva mandibula daripada gingiva maksila.
Lesi awal terlihat sebagai ulger indolen, granuloma yang kecil
atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh
trauma kronis atau hiperplasia inflamatori. Lesi yang lebih lanjut berupa
pertumbuhan eksofitik atau pertumbuhan infiltratif yang lebih dalam.
Pertumbuhan eksofitik seperti bunga kol, mudah berdarah. Pertumbuhan
infiltratif biasanya tumbuh invasif pada tulang mandibula dan menimbulkan
desdruktif.
f.
Kanker pada palatum.
Pada daerah yang masyarakatnya
mempunyai kebiasaan menghisap rokok secara terbalik, kanker pada palatum merupakan
kanker rongga mulut yang umum terjadi dari semua kanker mulut. Perubahan yang
terjadi pada mukosa mulut yang dihubungkan dengan menghisap rokok secara
terbalik adalah adanya ulserasi, erosi, daerah nodul dan bercak. menggambarkan
suatu microinvasive carcinoma untuk melukiskan suatu lesi awal dalam bentuk
yang kecil, oval atau bulat berwarna kemerah-merahan, erosi yang licin dengan
daerah hiperkeratosis disekelilingnya lesi ini biasanya terjadi pada zona
glandular palatum keras dan asimptomatik. Jika mendapatkan tekanan dapat
berdarah.
Kebanyakan kanker palatum
merupakan pertumbuhan eksofitik dan dasar yang luas dengan permukaan bernodul.
Jika lesi terus berkembang mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada
palatum dapat menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga hidung.
3.
Etiologi
Kanker rongga mulut memiliki
penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa
langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor : Secara garis
besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas :
- Faktor lokal, meliputi
kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi,
gigi-gigi karies atau akar gigi, gigi palsu.
- Faktor luar, antara lain
karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya, tembakau, agen
fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar matahari, trauma yang kronik.
- Faktor host, meliputi usia,
jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic.
Kanker mulut biasa juga terjadi
karena kekurangan vitamin C, kurangnya penjaggan pada mulut sehingga mulut
menjadi kotor.
4. Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi
mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogenm tadi.
zat karsinogen dari asap rokok tersebut memicu terjadinya Karsinogenesis
(transformasi sel normal menjadi sel kanker). Karsinogenesisnya terbagi menjadi
3 tahap:
- Tahap pertama merupakan
Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat Karsinogen yang
memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
- Tahap kedua yaitu Promosi, sel
yang terpancing tersebut membentuk klon melalui pembelahan(poliferasi).
- tahap terakhir yaitu Progresi,
sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih
karakteristik neoplasma ganas.
Karsinoma
sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak → lesi yang terus menetap → menginflamasi
jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel → bermetastasis ke bagian
tubuh yang lain.
5.
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala
kanker rongga mulut antara lain adalah munculnya :
- Bintik putih atau merah
(leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia) di dalam mulut ataupun
pada bibir.
- Luka pada bibir ataupun rongga
mulut yang sulit sembuh.
- Perdarahan pada rongga mulut.
- Kehilangan gigi.
- Sulit atau timbulnya rasa sakit
pada waktu mengunyah.
- Kesulitan untuk menggunakan
geligi tiruan.
- Pengerasan pada leher, serta
rasa sakit pada telinga.
Kanker rongga mulut dapat
didiagnosis dengan melakukan biopsi. Selanjutnya, dilakukan staging untuk
mengetahui jenis terapi apa yang tepat diberikan pada pasien, apakah dengan
intervensi bedah, radioterapi, atau kemoterapi. Dengan penulisan artikel ini
diharapkan kita dapat mempelajari kembali gejala klinis kanker rongga mulut
sehingga dapat dilakukan deteksi dini untuk mencegah penyebaran kanker yang
berakhir dengan kematian.
6.
Klasifiksai
a.
Klasifikasi
Histopatologi
1)
Tipe Histologi
NO
|
TIPE HISTOLOGI
|
ICD.M
|
1
|
Squamous
cell carc.
|
5070/3
|
2
|
Adenocarcinoma
|
8140/3
|
3
|
Adenoid
cyst.carc
|
8200/3
|
4
|
Ameloblastic
carc
|
9270/2
|
5
|
Adenolymphoma
|
8561/3
|
6
|
Mal.
mixed tumor
|
8940/3
|
7
|
Pleomorphic
carc
|
8941/3
|
8
|
Melanoma
maligna
|
8720/3
|
9
|
Lymphoma
maligna
|
9590/3-9711/3
|
Sebagian besar (±90%)
kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang berupa karsinoma epidermoid atau
karsinoma sel skwamosa dengan diferensiasi baik, tetapi dapat pula
berdiferensiasinya sedang, jelek atau anaplastik. Bila gambaran patologis
menunjukkan suatu rabdomiosarkoma, fibrosarkoma, malignant fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak
lainnya, perlu diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas
rongga mulut (C00-C06) ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit
atau tulang yang mengadakan invasi ke rongga mulut.
2) Derajat Diferensiasi
DERAJAT
DIFERENSIASI
|
|
GRADE
|
KETERANGAN
|
G1
|
Differensiasi
baik
|
G2
|
Differensiasi
sedang
|
G3
|
Differensiasi
jelek
|
G4
|
Tanpa
differensiasi = Anaplastik
|
3)
Laporan Patologi Standard
Yang perlu dilaporkan
pada hasil pemeriksaan patologis dari spesimen operasi meliputi :
a. Tipe
histologis tumor
b. Derajat
diferensiasi (grade)
c. Pemeriksaan
tnm untuk menentukan stadium
d. patologis
(ptnm)
T = Tumor primer
- Ukuran tumor
- Adanya invasi kedalam pembuluh darah
atau limfe
- Radikalitas operasi
N = Nodus
regional
- Ukuran KGB
- Jumlah KGB
yang ditemukan
- Level KGB yang
positif
- Jumlah KGB
yang positif
- Invasi tumor
keluar kapsel KGB
- Adanya
metastase ekstra nodal
M = Metastase
jauh
7.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Sitologi Mulut
Sitologi mulut merupakan suatu
teknik yang sederhana dan efektif untuk mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang
mencurigakan. Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu
pemeriksaan mikroskopik sel-sel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi
didalam mulut. Untuk aplikasi klinisnya, seorang dokter gigi harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kapan pemeriksaan ini dilakukan dan kapan tidak
dilakukan, peralatan yang digunakan, prosedur kerja, data klinis yang
disertakan sampai pengirimannya ke bagian Patologi anatomi.
b.
Biopsi
Jika hasil pemeriksaan sitologi
meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik
total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis. Cara ini
merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa
defenitif dari lesi-lesi mulut yang dicurigai.
Teknik biopsi memerlukan bagian dari
lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan
cara insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi
permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secara
intoto dilakukan apabila lesi kecil.
8. Penatalaksanaan
- Tindakan Bedah
Terapi umum untuk kanker rongga
mulut adalah bedah untuk mengangkat sel-sel kanker hingga jaringan mulut dan
leher.
- Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi
jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di bedah. Terapi dilakukan untuk
membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor. Terapi juga dilakukan post operasi
untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang mungkin tertinggal didaerah tersebut.
- Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang
menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel kanker.
9. Pencegahan
a. Hindari kontak berlebihan dengan
matahari, pada bibir.
b. Kurangi merokok atau mengunyah
tembakau.
c. Pertahankan oral hygiene dan
perawatan gigi yang baik.
d. Segera konsultasikan ke dokter bila
ada lesi pada mulut yang tidak sembuh dalam waktu 2- 3 minggu.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Riwayat Kesehatan
Dengan mendapatkan riwayat kesehatan memungkinkan perawat
menentukan kebutuhan penyuluhan dan pembelajaran pasien mengenai higiene oral
prefentif, serta untuk mengidentifikasi gejala yang memelukanevaluasi medis.
Riwayat mencakup pertanyaan tentang:
1) Frkwensi kunjungan dokter gigi
2) Kesadaran akan adanya lesi atau area
iritasi pada mulu, lidah atau tengorok.
3) Kebutuhan menggunakan gigi palsu dan
lempeng parsiel
4) Riwayat baru sakit tenggorok atau
sputum berdarah
5) Katidak nyamanan yang disebabkan
oleh makanan tertentu
6) Masukan makanan setiap hari
7) Penggunaan alkohol, tembakau,
termasuk mengunyah tembakau
b.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi struktur internal maupun eksternal dari
mulut dan tenggorok, periksa terhadap kelembaban, warna, tekstur, simetri, dan
adannya lesi, periksa leher terhadap pembesaran nodus limfe.
2.
Penyimpangan KDM
3.
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan
nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrien
akibat kondisi oral atau gigi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan lesi oral.
d. Difisiensi pengatahuan tentang proses panyakit
dan rencana pengoatan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber
informasi
4.
Intervensi Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan b.d ketidak
mampuan mencerna nutrien akibat kondisi oral atau gigi
Tujuan: masukan nutrisi adekuat
Kriteria Hasil: BB stabil, nilai lab untuk nutirsi normal
Intervensi
1) Pantau berat badan tiap minggu
presentase makanan yang dikonsumsi setiap kali makan
2) Jika dimulai pemberian makanan per
oral, berikan makanan yang lembut, mudah dicerna seperti kentang, nasi, dsb.
3) Berikan makanan sedikit tapi sering.
4) Berikan makanan melalui selang NGT bila tidak
memungkankan lewat oral
5) Beri nutrisi
parenteral bila perlu
6) Pantau nilai
lab untuk nutrisi
7) Konsultasi pada ahli diet untuk
memilih makanan yang tepat
b. Nyeri akut b.d Lesi Oral
Tujuan: Nyeri berkurang hingga hilang
Kriteria hasil: Ekspresi wajah dan tubuh lebih
releks,
mengungkapkan nyeri berkurang, menggunakan teknik relaksasi untuk menghilangkan
nyeri.
Intervensi:
1) Lakukan
pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
kualitas, dan factor presipiasi.
2) Observasi
reaksi verbal dan nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Beri perawatan oral tiap 2 jam
4) Ajarkan
teknik relaksasi
5) Anjurkan untuk
menghindari makanan pedas, panas, keras
6) Berikan obat analgetik sesuai
anjuran
c.
Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan kanker pada rongga mulut
Tujuan: diharapkan
klien akan memiliki kembali citra tubuh yang positif. Kriteria Hasil: Klien tidak menarik diri dan
kepercayaan diri klien kembali.
Intervensi
1) Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap
perubahan penampilan tubuhnya,.
2)
Identifikasi mekanisme koping yang digunakan
3)
Dukung mekanisme koping yang digunakan
4)
Berikan dukungan dan suport mental serta spiritual
5)
Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan secara
mental dan spiritual
6)
Anjurkan untuk melaksanankan operasi, radiasi atau
kemoterapi
d.
Difisiensi pengatahuan tentang proses panyakit dan rencana pengoatan b.d tidak familier dengan sumber informasi
Tujuan:
pengetahuan bertambah
Kriteria Hasil: Pasien dapat
menyebutkan kembali pengetahuan/informasi yang telah diberikan mengenai
penyakit dan pengobatan
Intervensi:
1. Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit dan
pengobatannnya
2. Berikan informasi mengenai penyakit,
proses keperawatan dan pengobatannya.
3. Anjurkan untuk mengubah pola hidup
yang tidak sehat.
4. Berikan informasi tertulis untuk
pasien atau orang terdekat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2003. Buku Saku Patofisiologis Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula.
Jakarta: EGC.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologis Untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Underwood, J.C. E. 1999. Patologi Umum Dan Sistematik Volume 1.
Jakarta: EGC.
Buku saku Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014
– NANDA International
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG
Casino Roll
ReplyDeleteJoin goyangfc Casino Roll https://deccasino.com/review/merit-casino/ Online 스포츠 토토 사이트 Casino ford fusion titanium Roll 바카라 사이트 2021