Thursday 17 April 2014

Asuhan Keperawatan Klien dengan Ca Rongga Mulut

BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel.
Kanker adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak normal (yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan penyakit menular. Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas dan sangat liar.
Kanker didefinisikan sebagai pertumbuhan tidak terkontrol sel-sel yang menyerang dan menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya. Kanker mulut muncul akibat pertumbuhan atau luka pada mulut yang tidak hilang. Kanker mulut meliputi kanker  bibir, lidah, pipi, dasar mulut, langit-langit lunak dan keras, sinus, dan faring (tenggorokan), dapat mengancam kehidupan jika tidak didiagnosis dan diobati dini.
Kanker rongga mulut adalah tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik pada tahap awal.




B.     RUMUSAN MASALAH
·         Apa yang dimaksut kanker rongga mulut ?
·         Apa saja klasifikasi dan tingkatan kanker rongga mulut ?
·         Bagaimana asuhan keperawatan terhadap klien dengan kanker rongga mulut ?

C.    TUJUAN
Agar kita lebih memahami mengenai kanker rongga mulut serta klasifikasi, tingkatan dan asuhan keperawatan terhadap klien dengan kanker rongga mulut.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR MEDIS
1.      Anatomi Dan Fisiologi Mulut
a.      Mulut (Oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan.
Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
1)      Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi.
2)      Bagian rongga mulut (bagian) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
b.      Rongga Mulut
1)      Gigi
Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi osterior tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak.
Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu.[
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan.

2)      Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas. Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian, yaitu radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), apek lingua (ujung lidah).
c.       Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar.
1)      Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis pada duktus stensoni.
2)      Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni.
3)      Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar raongga mulut.
Fungsi saliva :
a)        Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus
b)        Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah bergerak utnuk bericara
c)        Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat tepung menjadi maltose polisakarida
d)       Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi kedalam saliva
e)        Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.

2.      Definisi Kanker Rongga Mulut
Kaker rongga mulut ialah keganasan yang terjadi di dalam rongga yang dibatasi oleh vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus anterior di bagianbelakan. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir, lidah, gusi, mukosa dan palatum.
Bagian-bagian yang dapat terkena kanker rongga mulut:
a.       Kanker pada lidah
Hampir 80% kanker lidah terletak pada 2/3 anterior lidah (umumnya pada tepi lateral dan bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada posterior lidah. Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker tersebut. Bila terletak pada bagian 2/3 anterior lidah, keluhan utamanya adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit. Bila timbul pada 1/3 posterior, kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang dialami biasanya dihubungkan dengan rasa sakit tenggorokan.
Kanker yang terletak 2/3 anterior lidah lebih dapat dideteksi dini daripada rang terletak pada 1/3 posterior lidah. Kadang-kadang metastase limph node regional mungkin merupakan indikasi pertama dari kanker kecil pada lidah.
Pada stadium awal, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan eksofitik atau endofitik bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus. Lama-kelamaan ulkus ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam jangan tepi yang mengalami indurasi.
Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada infeksi sekunder.
b.      Kanker pada bibir
Kanker bibir selalu dihubungkan dengan orang-orang yang memiliki aktivitas diluar seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin terlibat dalam Datogenese kanker bibir. Umumnya lebih banyak terjadi pada bibir bawah jaripada bibir atas.
Pada awal pertumbuhan, lesi dapat berupa nodul kecil atau ulkus yang tidak sembuh-sembuh. Deteksi tumor pada keadaan ini memberikan kesempatan untuk menemukan karsinoma dini. Lesi yang lebih lanjut dapat berbentuk papillari, ulseratif atau infiltratif. Tipe papilomatous dapat diawali dari epitel yang menebal dan sebagian dari epitel ini tetap berada pada superficial. Lesi-lesi yang ulseratif dan infiltratif diawali dari epitel yang menebal tetapi selanjutnya mengalami infiltrasi lebih dalam. Tanda yang paling penting adalah terdapat indurasi yang didapat pada pinggiran ulkus.

c.       Kanker dasar mulut.
Kanker pada dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan alkohol dan tembakau. Pada stage awal mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila lesi berkembang pasien akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam mulut atau perasaan tidak nyaman.
Secara klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa ulserasi dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat frenulum lingual. Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa yang kemerah-merahan, nodul yang tidak sakit atau dapat berasal dari leukoplakia. Pada kanker tahap lanjut dapat terjadi pertumbuhan eksofitik atau infiltratif.
d.        Kanker pada mukosa pipi.
Di negara yang sedang berkembang, kanker pada mukosa pipi dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau. Susur tersebut berkontak dengan mukosa pipi kiri dan kanan selama beberapa jam.
Pada awalnya lesi tidak menimbulkan simptom, terlihat sebagai suatu daerah eritematus, ulserasi yang kecil, daerah merah dengan indurasi dan kadang-kadang dihubungkan dengan leukoplakia tipe nodular. Dengan meningkatnya ukuran tumor, akan menjadi target trauma pada waktu mengunyah, sehingga cenderung menjadi ulserasi dan infiltratif.
e.         Kanker pada gingiva.
Kanker pada gingiva umumnya berasal dari daerah dimana susur tembakau ditempatkan pada orang-orang yang memiliki kebiasaan ini. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada gingiva mandibula daripada gingiva maksila.
Lesi awal terlihat sebagai ulger indolen, granuloma yang kecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis atau hiperplasia inflamatori. Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik atau pertumbuhan infiltratif yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik seperti bunga kol, mudah berdarah. Pertumbuhan infiltratif biasanya tumbuh invasif pada tulang mandibula dan menimbulkan desdruktif.
f.          Kanker pada palatum.
Pada daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan menghisap rokok secara terbalik, kanker pada palatum merupakan kanker rongga mulut yang umum terjadi dari semua kanker mulut. Perubahan yang terjadi pada mukosa mulut yang dihubungkan dengan menghisap rokok secara terbalik adalah adanya ulserasi, erosi, daerah nodul dan bercak. menggambarkan suatu microinvasive carcinoma untuk melukiskan suatu lesi awal dalam bentuk yang kecil, oval atau bulat berwarna kemerah-merahan, erosi yang licin dengan daerah hiperkeratosis disekelilingnya lesi ini biasanya terjadi pada zona glandular palatum keras dan asimptomatik. Jika mendapatkan tekanan dapat berdarah.
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dan dasar yang luas dengan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum dapat menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga hidung.

3.      Etiologi
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor : Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas :
  1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi, gigi-gigi karies atau akar gigi, gigi palsu.
  2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar matahari, trauma yang kronik.
  3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic.
Kanker mulut biasa juga terjadi karena kekurangan vitamin C, kurangnya penjaggan pada mulut sehingga mulut menjadi kotor.

4.      Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogenm tadi. zat karsinogen dari asap rokok tersebut memicu terjadinya Karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker). Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap:
  1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
  2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui pembelahan(poliferasi).
  3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak → lesi yang terus menetap → menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel → bermetastasis ke bagian tubuh yang lain.

5.      Manifestasi Klinis
Gejala-gejala kanker rongga mulut antara lain adalah munculnya :
  1. Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia) di dalam mulut ataupun pada bibir.
  2. Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
  3. Perdarahan pada rongga mulut.
  4. Kehilangan gigi.
  5. Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
  6. Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
  7. Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.
Kanker rongga mulut dapat didiagnosis dengan melakukan biopsi. Selanjutnya, dilakukan staging untuk mengetahui jenis terapi apa yang tepat diberikan pada pasien, apakah dengan intervensi bedah, radioterapi, atau kemoterapi. Dengan penulisan artikel ini diharapkan kita dapat mempelajari kembali gejala klinis kanker rongga mulut sehingga dapat dilakukan deteksi dini untuk mencegah penyebaran kanker yang berakhir dengan kematian.

6.      Klasifiksai
a.      Klasifikasi Histopatologi

1)      Tipe Histologi

NO
TIPE HISTOLOGI
ICD.M
1
Squamous cell carc.
5070/3
2
Adenocarcinoma             
8140/3
3
Adenoid cyst.carc
8200/3
4
Ameloblastic carc
9270/2
5
Adenolymphoma
8561/3
6
Mal. mixed tumor
8940/3
7
Pleomorphic carc
8941/3
8
Melanoma maligna
8720/3
9
Lymphoma maligna
9590/3-9711/3
Sebagian besar (±90%) kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang berupa karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skwamosa dengan diferensiasi baik, tetapi dapat pula berdiferensiasinya sedang, jelek atau anaplastik. Bila gambaran patologis menunjukkan suatu rabdomiosarkoma, fibrosarkoma, malignant fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainnya, perlu diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas rongga mulut (C00-C06) ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit atau tulang yang mengadakan invasi ke rongga mulut.
2)      Derajat Diferensiasi

DERAJAT DIFERENSIASI

GRADE
KETERANGAN
G1
Differensiasi baik
G2
Differensiasi sedang
G3
Differensiasi jelek
G4
Tanpa differensiasi = Anaplastik

3)      Laporan Patologi Standard

Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari spesimen operasi meliputi :         
a.       Tipe histologis tumor
b.      Derajat diferensiasi (grade)
c.       Pemeriksaan tnm untuk menentukan stadium 
d.      patologis (ptnm)
T = Tumor primer
       - Ukuran tumor
                        - Adanya invasi kedalam pembuluh darah atau limfe
                        - Radikalitas operasi
N = Nodus regional
- Ukuran KGB                                  
- Jumlah KGB yang ditemukan
- Level KGB yang positif
- Jumlah KGB yang positif  
- Invasi tumor keluar kapsel KGB  
- Adanya metastase ekstra nodal

M = Metastase jauh

7.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Sitologi Mulut
Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif untuk mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan mikroskopik sel-sel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut. Untuk aplikasi klinisnya, seorang dokter gigi harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kapan pemeriksaan ini dilakukan dan kapan tidak dilakukan, peralatan yang digunakan, prosedur kerja, data klinis yang disertakan sampai pengirimannya ke bagian Patologi anatomi.
b.      Biopsi
Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis. Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang dicurigai.
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila lesi kecil.

8.      Penatalaksanaan
  1. Tindakan Bedah
Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat sel-sel kanker hingga jaringan mulut dan leher.
  1. Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di bedah. Terapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor. Terapi juga dilakukan post operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang mungkin tertinggal didaerah tersebut.
  1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel kanker.

9.      Pencegahan
a.       Hindari kontak berlebihan dengan matahari, pada bibir.
b.      Kurangi merokok atau mengunyah tembakau.
c.       Pertahankan oral hygiene dan perawatan gigi yang baik.
d.      Segera konsultasikan ke dokter bila ada lesi pada mulut yang tidak sembuh dalam waktu 2- 3 minggu.





B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.      Riwayat Kesehatan
Dengan mendapatkan riwayat kesehatan memungkinkan perawat menentukan kebutuhan penyuluhan dan pembelajaran pasien mengenai higiene oral prefentif, serta untuk mengidentifikasi gejala yang memelukanevaluasi medis.
Riwayat mencakup pertanyaan tentang:
1)   Frkwensi kunjungan dokter gigi
2)   Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pada mulu, lidah atau tengorok.
3)   Kebutuhan menggunakan gigi palsu dan lempeng parsiel
4)   Riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah
5)   Katidak nyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu
6)   Masukan makanan setiap hari
7)   Penggunaan alkohol, tembakau, termasuk mengunyah tembakau
b.      Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi struktur internal maupun eksternal dari mulut dan tenggorok, periksa terhadap kelembaban, warna, tekstur, simetri, dan adannya lesi, periksa leher terhadap pembesaran nodus limfe.


2.      Penyimpangan KDM








3.      Diagnosa Keperawatan
a.       Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrien akibat kondisi oral atau gigi.
b.      Nyeri akut berhubungan dengan lesi oral.
c.       Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik pada penampilan.
d.      Difisiensi pengatahuan tentang proses panyakit dan rencana pengoatan berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi

4.      Intervensi Keperawatan
a.       Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan mencerna nutrien akibat kondisi oral atau gigi
Tujuan: masukan nutrisi adekuat
Kriteria Hasil: BB stabil, nilai lab untuk nutirsi normal
Intervensi
1)      Pantau berat badan tiap minggu presentase makanan yang dikonsumsi setiap kali makan
2)      Jika dimulai pemberian makanan per oral, berikan makanan yang lembut, mudah dicerna seperti kentang, nasi, dsb.
3)      Berikan makanan sedikit tapi sering.
4)      Berikan makanan melalui selang NGT bila tidak memungkankan lewat oral
5)      Beri nutrisi parenteral bila perlu
6)      Pantau nilai lab untuk nutrisi
7)      Konsultasi pada ahli diet untuk memilih makanan yang tepat




b.      Nyeri akut b.d Lesi Oral
Tujuan: Nyeri berkurang hingga hilang
Kriteria hasil: Ekspresi wajah dan tubuh lebih releks, mengungkapkan nyeri berkurang, menggunakan teknik relaksasi untuk menghilangkan nyeri.
Intervensi:
1)      Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan factor presipiasi.
2)      Observasi reaksi verbal dan nonverbal dari ketidaknyamanan
3)      Beri perawatan oral tiap 2 jam
4)      Ajarkan teknik relaksasi
5)      Anjurkan untuk menghindari makanan pedas, panas, keras
6)      Berikan obat analgetik sesuai anjuran

c.       Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kanker pada rongga mulut
Tujuan: diharapkan klien akan memiliki kembali citra tubuh yang positif. Kriteria Hasil: Klien tidak menarik diri dan kepercayaan diri klien kembali.
Intervensi
1)      Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan penampilan tubuhnya,.
2)      Identifikasi mekanisme koping yang digunakan
3)      Dukung mekanisme koping yang digunakan
4)      Berikan dukungan dan suport mental serta spiritual
5)      Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan secara mental dan spiritual
6)      Anjurkan untuk melaksanankan operasi, radiasi atau kemoterapi

d.      Difisiensi pengatahuan tentang proses panyakit dan rencana pengoatan b.d tidak familier dengan sumber informasi
Tujuan: pengetahuan bertambah
Kriteria Hasil: Pasien dapat menyebutkan kembali pengetahuan/informasi yang telah diberikan mengenai penyakit dan pengobatan
Intervensi:
1.      Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit dan pengobatannnya
2.      Berikan informasi mengenai penyakit, proses keperawatan dan pengobatannya.
3.      Anjurkan untuk mengubah pola hidup yang tidak sehat.
4.      Berikan informasi tertulis untuk pasien atau orang terdekat.









BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN



           







DAFTAR PUSTAKA


Corwin, Elizabeth J. 2003. Buku Saku Patofisiologis Edisi 3. Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologis Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Underwood, J.C. E. 1999. Patologi Umum Dan Sistematik Volume 1. Jakarta: EGC.
Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 – NANDA International
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG


1 comment: