Konsep Medis
A.
Pengertian/definisi
Pleuritis adalah peradangan pada pleura disebabkan
penumpukan cairan dalam rongga pleura, selain cairan dapat pula terjadi karena
penumpukan pus atau darah. Pleuritis juga dapat disebut sebagai komplikasi dari
efusi pleuraatau penyakit pada pleura.
Pleuritis terbagi menjadi 2,yaitu:
·
Pleuritis kering (fibrosa)
Peradangan pada pleura tanpa atau hanya sedikit
pengeluaran cairan.
·
Pleuritis basah (setofirosa)
Terjadinya penimbunan cairan dibuang pleura disebut
juga pleura efusi cairan yang berisi di pleyra dapat berupa:
-exudate
-transudate
B.
Etiologi
Penyebab terjadinya pleuritis:
1.
Virus dan mikoplasma
Jenis virusnya adalah: ECHO virus, Coxsackie group,
dan mikroplasma.
2.
Virus piogenis
Bakteri yang sering ditemukan adalah aerob dan
anaerob, bakteri-bakteri aerob meliputi streptucocus, strestucocus miler,
streptucocus aures, hemofilus.
Spp,E.koli, klebsieda, psuedomonas spp. Bakteri-bakteri
anaerob meliputi bakterioides spp, peptostreptococus, fusobakterium.
3.
Tuberkulosa
Selain konflikasi tuberkulosa, juga dapat
disebabkan oleh robeknya rongga pleura atau melalui getah bening.
4.
Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya
terjadi karena penjalaran infeksi fungi dari jaringan paru-paru. Jenis fungi
yang menyebabkan pleuritis adalah aktinomikosis, aspergillus, triptococus,
histoplasmusis.
5.
Parasit
Parasit yang mengipasi kedalam raga pleura hanyalah
amoeba dalam bentuk troposoit.
C.
Patofisiologi
Ketika kedua membran yang mengalami inflamasi atau
bergesekan selama respirasi (terutama inspirasi), akibatnya nyeri hebat, tersa
tajam seperti tusukan pisau. Nyeri dapat menjadi minimal atau tidak terasa
ketika nafas ditahan atau dapat menjalar ke bahu audomen kemudian sejalan
dengan terbentuknya cairan pleura, nyeri akan berkurang pada periode dini
ketika terkumpul sedikit cairan, esekan, fiksi pleura dapat terdengar dengan
steteskop, hanya akan menghilang kemudian bila telah berkumpul cairan dan
memisahkan pleura yang mengalami inflamasi.
Pleuritis dapat terjadi dengan pneumonia atau infeksi traktus
resfiratori atas tuberkulosis, penyakit kolagen, infrak paru atau embolisme
paru, pada kanker primer metastatik dan setela torakatomi.
D.
Manifestasi klinis
·
Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas
·
Sesak Napas
·
Perasaan "ditikam"
Gejala yang paling umum
dari pleurisy adalah nyeri yang umumnya diperburuk oleh penghisapan (menarik
napas). Meskipun paru-paru sendiri tidak mengandung syaraf-syaraf nyeri apa
saja, pleura mengandung berlimpah-limpah ujung-ujung syaraf. Ketika cairan
ekstra berakumulasi dalam ruang antara lapisan-lapisan dari pleura, nyeri
biasanya dalam bentuk pleurisy yang kurang parah. Dengan jumlah-jumlah
akumulasi cairan yang sangat besar, ekspansi dari paru-paru dapat dibatasi, dan
sesak napas dapat memburuk.
Gejala radang pada awalnya dimulai dengan ketidak
tenangan, kemudian diikuti dengan pernafasan yang cepat dan dangkal. Dalam
keadaan akut, karena rasa sakit waktu bernafas dengan menggunakan otot-otot
dada, pernafasan lebih bersifat abdominal.
Kekurangan oksigen yang disebabkan oleh teksemia
dan akibat radang paru-paru yang mengikutinya, penderita dapat mengalami
kematian setiap saat. Pada radang pleura penderita nampak lesu karena adanya
penyerapan toksin (toksomia) proses kesembuhan dapat pula terjadi, meskipun
diikuti dengan adesi pleura.
E.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan:
·
Dengan ronsen dada
·
Pemeriksaan sputum
·
Pleura punksi
·
Biopsi pleura
G.
Komplikasi
Adapun komplikasi dari pleuritis yaitu efusi
pleura.
Efusi pleura sendiri adalah suatu keadaan dimana
terdapat penumpukan cairan alam pleura berupa transudut atau eksudat yang
diakibatkan terjadinya ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi
dikapiler dan pleura viseralis.
Asuhan keperawatan
1.
Pengkajian
ü Riwayat penyakit dahulu,
sekarang,
keluarga.
ü Pemeriksaan penunjang
ü Pemeriksaan fisik:
ü Inspeksi. Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan. Tingkat kesadaran.
ü Palpasi. Pada palpasi ditemukan pergerakan dinding dada yang
tertinggal pada dada yang sakit.
ü Perkusi. Suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah
cairan.
ü Auskultasi. Suara nafas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.
2.
Diagnosa Keperawatan
1)Dx:Nyeri akut b/d
peradangan pada selaput pleura ditandai dengan:
Ø DO: ekspresi wajah meringis
Ø DS: klien mengelu nyeri
dada
Tujuan:
ü Nyeri berkurang hingga
hilang
Kriteria Hasil:
ü tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak
mengeluh nyeri, dan klien tidak membatasi gerakanya.Klien tampak rileks
Intervensi:
1. Kaji tingkat nyeri.
Rasional: mengetahui skala nyeri dan kualitas nyeri
2. Observasi tanda vital.
Rasional: mengetahui keadaan umum pasien
3. Ajarkan teknik relaksasi.
Rasional: memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa sakit
4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgesik dan antibiotik. Rasional: analgesik dapat mengurangi nyeri
dan antibiotik dapat menghilangkan infeksi.
2)Dx:Ketidakefektifan pola
napas b/d nyeri saat bernapas ditandai dengan:
Ø DO: klien tampak sesak
pengembangan dada tidak simetris
Ø DS: klien mengeluh sulit
bernapas
Tujuan:
pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
Pola napas efektif, bunyi
napas normal atau bersih, ttv dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi
paru berkembang.
Intervensi:
1. Kaji frekuensi pernapasan
dan ekspansi dada. Rasional : untuk menentukan derajat ketidakefektifan
2. Tinggikan kepala dan bantu
mengubah posisi. Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru dan
memudahkan pernapasan.
3. Informasikan kepada
keluarga pasien agar tidak merokok di dalam ruangan. Rasional: asap rokok dapat
membuat klien lebih sesak
4. Kolaborasi: Berikan oksigen
tambahan. Rasional: Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
3) Dx:Intoleran
aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai
dengan:
Ø DO:
klien nampak lemah
klien nampak pucat
Ø DS:
klien mengeluh lemah dan kelelahan
Tujuan: Klien
dapat melakukan aktivitas/menunjukan toleransi aktivitas
Kriteria
Hasil: Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di
inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur.
Intervensi:
1.Kaji
respon Individu terhadap aktivitas . Rasional: agar dapat dinilai tingkat
intoleran aktifitas
2.Meningkatkan
Aktivitas Secara bertahap. Rasional: agar tidak terjadi kelelahan.
3.Ajarkan
Klien metode penghematan energi untuk aktivitas. Rasional: Klien dapat
beraktivitas secara bertahap sehingga tidak terjadi keleahan.
4) Dx:Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia ditandai dengan:
Tujuan: nutrisi dapat
terpenuhi dan tidak terjadi penurunan berat badan
Kriteria hasil:
klien mngtkan nafsu makan
mngkt, porsi makan dihabiskan.
1. Mengumpulkan dan
menganalisa data asupan nutrisi pasien. Rasional : dapat mencegah dan
meminimalkan kurang gizi
2. beri porsi makan sedikit
tetapi sering.
Rasional: makanan dalam porsi kecil kalau
diberikan akhirnya jumlah kalori yang dibutuhkan perhari bisa terpenuhi.
3. Berikan nutrisi melalui IV sesuai indikasi. Rasional:
agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan baik.
4. Konsul dengan ahli diet
untuk menentukan kalori / kebutuhan nutrisi. Rasional: Pemasukan nutrisi dapat
dikalkulasikan dengan berbagai perhitungan yang tepat, dan dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi.
5. Koloborasi transfusi
albumin. Rasional: Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar albumin dalam darah
kembali normal sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal.
No comments:
Post a Comment