Monday, 2 July 2018

Haruskah perawat di unit perawatan kritis (ICU) menggunakan diagnosis keperawatan? Kami sibuk mengurus kondisi medis.


Pertanyaan menarik!
Karena perawat di unit perawatan kritis melakukan tindakan yang berfokus pada kondisi kondisi medis  dan sering tindakan yang dilakukan pada pasien berpatokan pada SOP atau protocol standar (standar tindakan medis) yang memerlukan pemikiran kritis untuk menerapkannya dengan benar kita berpikir bahwa tidak perlu lagi mengangkat diagnosa keperawatan. Tidak seperti itu! Haruskah perawat mempraktikan keperawatan? Tentu saja! Banyak tindakan keperawatan yang dapat dilakukan di unit perawtan kritis. Pasien dalam kondisi kritis berisiko pada berbagai komplikasi yang dapat dicegah oleh perawat: pneumonia akibat ventilator (risiko infeksi, 00004), decubitus (risiko decubitus, 00249), cedera kornea (risiko cedera kornea, 00245).
Pasien juga sering merasa takut (ketakutan, 00148), dan keluarga mengalami stress tetapi mereka perlu tahu bangaimana merawat anggota keluarga yang dicintai ketika pasien pulang: difisiensi pengetahuan (00126), stress berlebihan (00177), risiko ketegangan pemberi asuhan (00062). Kita sering menganggap remeh hal-hal diatas, kita selalu mengarahkan focus kita pada hal-hal seperti pemantauan hemodinamik, pemberian obat-obatan, seting ventilator dan sebagainya. Kita lupa bahwa focus kita adalah respon manusia. Jika perawat hanya focus pada gangguan medis, seperti pepatah lama mengatakan, mereka dapat memenangkan pertempuran, tetapi masih kalah perang. Pasien-pasien yang dirawat di unit perawatan kritis mungkin mengalami suatu kondisi yang dapat dihindari atau dicegah oleh perawat, seperati lama masa rawat yang memanjang, atau pada saat pulang dari rumah sakit terjadi kejadian tak diinginkan dan tingkat kekambuhan dan rawat ulang ke rumah sakit meningkat. Perhatian pada gangguan medis? Tentu saja! Dan berfokus pada respon manusia? Suatu keharusan!.

No comments:

Post a Comment