PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Medis
1.
Pengertian
Penyakit Addison atau yang disebut juga dengan insufisiensi adrenal
primer, terjadi akibat kerusakan korteks adrenal. Penyakit
addison (Addison’s disease) merupakan insufisiensi adenokortikal disebabkan destruksi
atau disfungsi dari seluruh korteks adrenal. Hal ini berpengaruh terhadap
fungsi glukokortikoid dan mineralokortikoid.
2.
Etiologi
Penyakit
ini biasanya auto immune, dan terjadi akibat antibody IgG yang ditunjukan pada
semua atau bagian kelenjar adrenal. Penyakit Addison juga dapat terjadi akibat
infeksi, misalnya tuberkolosis. Tuberkolosis kelenjar adrenal adalah penyebab
umum insufisiensi adrenal dinegara berkembang dan biasanya tidak sembuh dengan
terapi infeksi. Tumor kelenjar adrenal destruktif juga dapat menyebabkan
insufisiensi adrenal.
3.
Patofisiologi
Penyakit addisson ditandai dengan kadar
glukokortikoid yang rendah yang disertai oleh kadar ACTH dan CRH yang tinggi. Kadar
kortisol (glukokortikoid) yang rendah menyebabkan penurunan glukoneogenesis
sehingga dapat terjadi hipoglikemia. Kortisol juga menstimulasi rasa lapar
sehingga jika mengalami insufisiensi maka akan terjadi penurunan rasa lapar.
Penurunan rasa lapar membuat penderita tidak suka makan sehingga intake nutisi
berkurang dan hal ini memperparah hipoglikemia. ACTH yang tinggi juga dapat
menyebabkan hiperpigmentasi kulit karena memiliki efek mirip hormone perangsang
melanin.
Kehilangan
total kelenjar adrenal juga menyebabkan kehilangan androgen adrenal dan
aldosteron. Defisiensi aldosteron menyebabkan peningkatan kehilangan natrium
dalam urine sehingga terjadi hiponatremia (Penurunan natrium dalam darah),
dehidrasi, dan hipotensi (Karena kehilangan air di urine sering menyertai
kehilangan natrium). Penurunan ekskresi kalium di urine akan menyebabkan
hiperkalemia (peningkatan konsentrasi kalium dalam darah). (Cowrin, 2009).
4.
Manifestasi klinis
-
Keletihan, yang berkaitan dengan hipoglikemmia,
dan penurunan glukoneeogenesis.
-
Hiperpigmentasi kulit apabila kadar ACTH tinggi (insufisiensi
adrenal primer) karena ACTH memiliki efek mirip hormone perangsang melanin
(melanin stimulating hormone) pada kulit.
-
Mual muntah
-
Rambut tubuh yang tipis pada wanita
apabila sel penghasil androgen rusak atau apabila kadar ACTH sangat rendah.
-
Ketidakmampuan berespons terhadap
situasi stress, mngkin mnyebabkan hipotensi berat dan shock
5.
Perangkat Diagnostik
-
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik
akan membantu mendiagnosis defisiensi glukokortikoid
-
Pemeriksaan darah yang mengkur kadar
CRH, ACT, dan glukokortikoid yang berbeda akan memungkinkan diagnosis kondisi
dan lokalisasi masalah di tingkat SSP atau kelenjar adrenal
-
Hiponatremia, hiperkalemia, dan hipotensi
dapat terjadi apabila sel adrenal yang menghasilkan aldosteron rusak atau
apabila kadar ACTH tidak terdeteksi
6.
Komplikasi
-
Dapat terjadi krisis adrenal setelah
stress fisik atau mental pada individu yang terkena. Hal ini dapat mengancam
jiwa dan ditandai dengan deplesi volume, hipotensi, dan kolaps vaskuler
-
Dehidrasi
-
Hiperkalemia
7.
Penatalaksanaan
-
Penggantian glukokortikoid seperti
penggunaan hidrokortison atau kortison asetat diperlukan.
-
Pemberian perawatan kesehatan harus
memantau riwayat penyesuain dosis glukokortikoid ; kejadian merugikan yang
potensial mencakup setiap krisis sejak kunjungan terakhir ; kemampuan individu
untuk mengatasi stersor setiap hari ; berat badan individu ; dan tanda yang
menunjukkan penggantian yang berlebihan atau penggantian yang kurang.
-
Pemantauan tekanan darah, edema perifer,
natrium serum, kalium serum dan aktifitas rennin plasma, member petunjuk
keefektifan terapi
-
Penggantian aldosteron (hanya pada
insufisiensi adrenal primer) dapat diperlukan.
-
Pemberian glukokortikoid mungkin perlu
ditingkatkan selama periode stress, yang mencakup infeksi, trauma, dan
pembedahan. Morbilitas dan mortalitas tinggi tanpa terapi.
-
Apabila penyebab insufisiensi adrenal
berkaitan dengan tumor hipofisis, insufisiensi adrenal dapat diobati dengan
kemoterapi, radiasi, atau pemebedahan.
B.
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Riwayat penyakit yang dapat menggali
kemungkinan penyebab dan faktor yang mempermudah seperti operasi intra
abdominal, radiasi kepala, pengangkatan hipofise atau adrenal.
b.
Keluhan yang biasanya mencakup
kelelahan, tetapi dan tidak mampu beraktivitas juga tidak nafsu makan, mual,
muntah, diare dan nyeri abdomen.
c.
Tanyakan pada klien pakah terjadi
penuruanan berat badan selama enam bulan terakhir. Bagaimana masukan garamnya
d.
Pada klien wanita tanyakan pola
menstruasinya, pada klien pria tanyakan apakah mengeluh impotensi.
e.
Tanyakan apakah klien menderita
tuberculosis, karsinoma paru atau infeksi menahun kuman gram negatif, karena
kesemuanya ini dapat menyebabkan hipofungsi idiopatik
f.
Penggunaan obat-obatan baik masa
lalu maupun sekarang seperti golongan steroid, anti kuagulan dan obat
sitotoknik
g.
Pemeriksaan fisik mencakup
pigmentasi pada klit yang disebabkan oleh peransangan MSH akibat mekanisme
kontrol hipofise yang terganggu.
h.
Kerontokon rambut tubuh.
i.
Banyak berkeringat, nyeri kepala,
takikardia dan tremor dapat dijumpai bila klien mengalami hipoglikemia.
j.
Kaji juga tanda-tanda dehidrasi
seperti turgor kulit yang buruk, mukosa kering dan penurunan berat badan.
k.
Pengkajian psikososial : Apakah
klien tampak lertagi atau apasis, bingung atau psikosa; kaji bagaimana
orientasi klien terhadap orang,tempat dan waktu, keluarga mungkin akan mengeluh
emosi klien labil dan sangat lemah.
l.
Pemeriksaan Laboratorium Mencakup :
-
Kadar kartisol dan aldosteron
serum
-
Kadar ACTH serum
-
BUN
-
Kadar glukosa darah
-
Pemeriksaan urine terhadap 17 – OHC
dan 17 ketosteroid.
-
Pemeriksaan radiologi, anteriografi,
sken-CT
-
Pemeriksaan EKG ( dapat dijumpai
gelombang QRS yang melebur, interval PR memanjang dan elevasi gelombang ).
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem endokrin. 1999 )
m. Pengkajian
pola Gordon
i.
Aktivitas/istirahat
Lelah,tidak mampu beraktivitas
ii.
Sirkulasi
Takikardi,
ekstremitas dingin, sianosis, dan pucat
iii. Integritas
ego
Ansietas,
peka rangsangan, depresi, emosi tidak stabil
iv. Eliminasi
Diare sampai adanya konstipasi,
perubahan frekuensi, dan karakteristik urin
v.
Makan/ cairan
Anoreksi, mual
muntah, BB menurun dengan cepat
vi. Neurosensori
Pusing, pinsan
sejenak, termor
vii. Nyeri/
kenyamanan
Nyeri otot, nyeri
kepala, abdomen
viii. Pernapasan
Dipsnea.
Pernapasan meningkat, takipnea.
ix. Keamanan
Tidak toleransi
terhadap panas
x.
Seksualitas
Adanya riwayat menopause dini,
hilangnya tanda-tanda seks primer (Misal : berkurangnya rambut-rambut pada
tubuh terutama pada wanita).
2. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang muncul pada penyakit Addison adalah sebagai berikut :
a. Kekurangan
volume cairan b/d kehilangan cairan melalui urin
b. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat, difisiensi
glokokortikoid
c. Keletihan
b/d hipoglikemia
a. Risiko
Harga diri rendah situasional b/d perubahan fungsi, hiperpigmentasi kulit.
3. Perencanaan
Keperawatan
a. Kekurangan
volume cairan b/d kehilangan cairan melalui ginjal ditandai dengan:
*
DO:
-
Peningkatan konsentrasi urine
-
Membrane mukosa kering
*
DS:
-
Haus berlebihan
-
Meresa lemah
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan pasien akan
teratasi.
Kriteria Hasil:
-
Berat jenis urin dalam batas normal 1,003 - 1,030 g/cm3
-
Menampilkan hidrasi yang baik (membrane
mukosa lembap, mampu berkeringat
-
Tidak mengalami haus yang tidak normal
-
TTV normal (N:
80-100x/menit, S: 36,5-370C, TD:110-120/70-80 mmHg)
Intervensi
:
1) Kumpulkan
data pasien mengenai lama dan intensitas gejala yang muncul seperti contoh:
muntah, pengeluatran urin yang berlebihan.
R: Membantu memperkirakan penurunan
total cairan
2) Pantau
TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi
perifer
R : Hipotensi postural merupakan
bagian dari hipovolemik akibat kekurangan hormone aldesteron dan penurunan
curah jantung sebagai akibat penurunan kortisol
3) Kaji
pasien adanya rasa haus, kelelahan, nadi cepat, turgor kulit jelek, membrane
mukosa kering
R: untuk mengindikasikan
berlanjutnya hipovolemik dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti.
4) Berikan
perawatan mulut secara teratur.
R: Membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari dehidrasi
dan mempertahankan membrane mukosa dari kerusakan
5) Anjurkan
pasien untuk istirahat lebih banyak
R : Mengurangi dan mengatasi
hipotensi ortostatik. Menghindari panas berlebih mencegah kehilangan cairan
6) Kolaborasi
berikan cairan 0,9 % NaCl (normal salin)
R:
sebagai cairan pengganti untuk mengatasi kekurangan cairan dan Natrium
7) Kolaborasi
pemberian obat kortison
R: Obat
pilihan untuk mengganti kekurangan kortison dan meningkatkan reabsorbsi
natrium.
b. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat, difisiensi glokokortikoid
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…..diharapkan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil:
-
Tidak ada mual muntah
-
BB dalam batas normal
Intervensi:
1) Auskultasi
bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah.
R: Kekurangan kortisol
dapa menyebabkan gejala GI berat yang mempengaruhi penceranaan dan absorbs dari
makanan
2) Pantau
pemasukan makanan dan timbang BB setiap hari
R: Kelemahan dan kehilangan
pengaturan metabolism oleh kortisol terhadap makanan dapat mengakibatkan
penurunan BB dan terjadinya malnutrisi berlebihan
3) Catat
muntah mengenai jumlah kejadian, atau karakteristik jumlah cairan lainya
R: Ini dapat membantu untuk
menentukan derajat kemampuan pencernaan atau absorpsi makanan
4) Berikan
makan bergizi, tinggi kalori, dan berfariasi.
R: memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien yang kurang. Makanan berkalori tinggi meningkatkan kadar glukosa darah
5) Instruksikan
pasien agar menarik napas dalam, perlahan, dan menelan secara sadar untuk
mengurangi mual dan muntah.
R: relaksasi untuk mengalihkan pikiran klien agar tidak berpikir tentang muntah
R: relaksasi untuk mengalihkan pikiran klien agar tidak berpikir tentang muntah
6) Kolaborasi:
lakukan pemeriksaan terhadap kadar gula darah sesuai indikasi
R: difisiensi glukokortikoid dapat
menyebabkan terjadi penurunan kadar gulah darah atau hipoglikemia.
c. Keletiahn
b/d penurunan produksi energy akibat hipoglikemia ditandai dengan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien akan menunjukan penghematan
energi
Kriteria Hasil:
-
Pasien menggunakan teknik penghematan energy
-
Melaporkan ketahanan yang adekuat untuk
aktivitas
-
Melaporkan bahwa energy terpulihkan
setelah istirahat
Intervensi:
1) Kaji/diskusikan
tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan
R: sebagai data dasar
untuk menentukan intervensi selanjutnya
2) Pantau
TTV sebelum dan sesuadah melakukan aktivitas. Observasi adanya takikardi,
hipotensi dan perifer yang dingin.
R: Kolapsnya sirkulasi dapat
terjadi sebagai akibat dari stress aktivitas jika curah jantung berkurang
3) Anjurkan
pasien untuk tingkatkan tirah baring dan batasi aktifitas
R: peningkatan tirah baring dapat
mengurangi keletihan. Membatasi aktifitas untuk menghemat energy agar tidak
memperparah keletiahan
4) Anjurkan
pasien untuk memulai tugas setelah periode istirahat dan memprioritaskan
tugas-tugas yang diperlukan.
R: ketahanan dapat meningkat
setelah periode istirahat. Menghemat penggunaan energy
5) Kolaborasi
dengan ahli gizi tentang cara untuk miningkatkan asupan makan yang berenergi
tinggi.
R: nutrisi yang diperlukan pasien
dapat dihitung denngan tepat
d. Risiko
harga diri rendah situasional b/d perubahan fungsi, hiperpigmentasi kulit.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan harga diri pasien kembali positif
Criteria Hasil:
-
dapat beradaptasi dengan orang lain
-
dapat mengungkapkan perasaan tentang
dirinnya
Intervensi:
1) dorong
pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannnya missal: perubahan
penampilan peran
Rasional: membantu mengevaluasi
berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien
2) sarankan
pasien untuk melakukan manajemen stress misalnya teknik relaksasi, visualisasi,
imajinasi
Rasional: meminimalkan perasaan
stress, frustasi, meningkatkan kemapuan koping
3) focus
pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan missal menurunkan pigmentasi
kulit
Rasional: dapat mengagkat semangat
pasien dan meningkatkan harga diri pasien
4) sarankan
pasien untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya telah terkontrol dan
gejalahnya telah berkurang
Rasional: dapt menolong pasien
untuk mmelihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan
5) rujuk
ke pelayanan social konselinng, dan kelompok pendukung lainnya
Rasional: pendekatan secara
komperhensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah
laku pasien
e. Implementasi/Pelaksanaan
Setelah
menentukan intervensi/perencanaan tindakan keperawatan maka langkah selanjutnya
melaksanakan rencana tindakan tersebut.
f. Evaluasi
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selanjutnya evaluasi hasil dari tindakan
perawatan pada klien tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang
telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit Addison
merupakan suatu penyakit yang terjadiakibat fungsi korteks tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal. Penyakit addison
merupakan insufiensi adrenal yang beratdengan ekserbasi yang tiba-tiba, hal ini
dapat menimbulkan kematian apabila tidak segera ditangani.
Adapun diagnose keperawatan yang muncul adalah Kekurangan
volume cairan b/d kehilangan cairan melalui urin, Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat, difisiensi
glokokortikoid, Keletihan b/d hipoglikemia, risiko harga diri rendah
situasional b/d perubahan fungsi, hiperpigmentasi
kulit.
DAFTAR
PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth edisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatn Klien dengan Gangguan
Sistem Endokrin. Jakarta: EGC
Buku saku
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014
– NANDA International
Judith M. Wilkinson,
Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG
Corwin, Elizabeth J.
2009.Buku Saku PATOFISIOLOGI.Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment