Monday, 17 February 2014

asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit addison


PEMBAHASAN

A.     Konsep Dasar Medis
1.      Pengertian
Penyakit Addison atau  yang disebut juga dengan insufisiensi adrenal primer, terjadi akibat kerusakan korteks adrenal. Penyakit addison (Addison’s disease) merupakan insufisiensi adenokortikal disebabkan destruksi atau disfungsi dari seluruh korteks adrenal. Hal ini berpengaruh terhadap fungsi glukokortikoid dan mineralokortikoid.

2.      Etiologi
Penyakit ini biasanya auto immune, dan terjadi akibat antibody IgG yang ditunjukan pada semua atau bagian kelenjar adrenal. Penyakit Addison juga dapat terjadi akibat infeksi, misalnya tuberkolosis. Tuberkolosis kelenjar adrenal adalah penyebab umum insufisiensi adrenal dinegara berkembang dan biasanya tidak sembuh dengan terapi infeksi. Tumor kelenjar adrenal destruktif juga dapat menyebabkan insufisiensi adrenal.

3.      Patofisiologi
       Penyakit addisson ditandai dengan kadar glukokortikoid yang rendah yang disertai oleh kadar ACTH dan CRH yang tinggi. Kadar kortisol (glukokortikoid) yang rendah menyebabkan penurunan glukoneogenesis sehingga dapat terjadi hipoglikemia. Kortisol juga menstimulasi rasa lapar sehingga jika mengalami insufisiensi maka akan terjadi penurunan rasa lapar. Penurunan rasa lapar membuat penderita tidak suka makan sehingga intake nutisi berkurang dan hal ini memperparah hipoglikemia. ACTH yang tinggi juga dapat menyebabkan hiperpigmentasi kulit karena memiliki efek mirip hormone perangsang melanin.
Kehilangan total kelenjar adrenal juga menyebabkan kehilangan androgen adrenal dan aldosteron. Defisiensi aldosteron menyebabkan peningkatan kehilangan natrium dalam urine sehingga terjadi hiponatremia (Penurunan natrium dalam darah), dehidrasi, dan hipotensi (Karena kehilangan air di urine sering menyertai kehilangan natrium). Penurunan ekskresi kalium di urine akan menyebabkan hiperkalemia (peningkatan konsentrasi kalium dalam darah). (Cowrin, 2009).
           
4.      Manifestasi klinis
-          Keletihan, yang berkaitan dengan hipoglikemmia, dan penurunan glukoneeogenesis.
-          Hiperpigmentasi  kulit apabila kadar ACTH tinggi (insufisiensi adrenal primer) karena ACTH memiliki efek mirip hormone perangsang melanin (melanin stimulating hormone) pada kulit.
-          Mual muntah
-          Rambut tubuh yang tipis pada wanita apabila sel penghasil androgen rusak atau apabila kadar ACTH sangat rendah.
-          Ketidakmampuan berespons terhadap situasi stress, mngkin mnyebabkan hipotensi berat dan shock

5.      Perangkat Diagnostik
-          Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis defisiensi glukokortikoid
-          Pemeriksaan darah yang mengkur kadar CRH, ACT, dan glukokortikoid yang berbeda akan memungkinkan diagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat SSP atau kelenjar adrenal
-          Hiponatremia, hiperkalemia, dan hipotensi dapat terjadi apabila sel adrenal yang menghasilkan aldosteron rusak atau apabila kadar ACTH tidak terdeteksi


6.      Komplikasi
-          Dapat terjadi krisis adrenal setelah stress fisik atau mental pada individu yang terkena. Hal ini dapat mengancam jiwa dan ditandai dengan deplesi volume, hipotensi, dan kolaps vaskuler
-          Dehidrasi
-          Hiperkalemia

7.      Penatalaksanaan
-          Penggantian glukokortikoid seperti penggunaan hidrokortison atau kortison asetat diperlukan.
-          Pemberian perawatan kesehatan harus memantau riwayat penyesuain dosis glukokortikoid ; kejadian merugikan yang potensial mencakup setiap krisis sejak kunjungan terakhir ; kemampuan individu untuk mengatasi stersor setiap hari ; berat badan individu ; dan tanda yang menunjukkan penggantian yang berlebihan atau penggantian yang kurang.
-          Pemantauan tekanan darah, edema perifer, natrium serum, kalium serum dan aktifitas rennin plasma, member petunjuk keefektifan terapi
-          Penggantian aldosteron (hanya pada insufisiensi adrenal primer) dapat diperlukan.
-          Pemberian glukokortikoid mungkin perlu ditingkatkan selama periode stress, yang mencakup infeksi, trauma, dan pembedahan. Morbilitas dan mortalitas tinggi tanpa terapi.
-          Apabila penyebab insufisiensi adrenal berkaitan dengan tumor hipofisis, insufisiensi adrenal dapat diobati dengan kemoterapi, radiasi, atau pemebedahan.




B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.     Pengkajian
a.       Riwayat penyakit yang dapat menggali kemungkinan penyebab dan faktor yang mempermudah seperti operasi intra abdominal, radiasi kepala, pengangkatan hipofise atau adrenal.
b.      Keluhan yang biasanya mencakup kelelahan, tetapi dan tidak mampu beraktivitas juga tidak nafsu makan, mual, muntah, diare dan nyeri abdomen.
c.       Tanyakan pada klien pakah terjadi penuruanan berat badan selama enam bulan terakhir. Bagaimana masukan garamnya
d.      Pada klien wanita tanyakan pola menstruasinya, pada klien pria tanyakan apakah mengeluh impotensi.
e.       Tanyakan apakah klien menderita tuberculosis, karsinoma paru atau infeksi menahun kuman gram negatif, karena kesemuanya ini dapat menyebabkan hipofungsi idiopatik
f.       Penggunaan obat-obatan baik masa lalu maupun sekarang seperti golongan steroid, anti kuagulan dan obat sitotoknik
g.      Pemeriksaan fisik mencakup pigmentasi pada klit yang disebabkan oleh peransangan MSH akibat mekanisme kontrol hipofise yang terganggu.
h.      Kerontokon rambut tubuh.
i.        Banyak berkeringat, nyeri kepala, takikardia dan tremor dapat dijumpai bila klien mengalami hipoglikemia.
j.        Kaji juga tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang buruk, mukosa kering dan penurunan berat badan.
k.      Pengkajian psikososial : Apakah klien tampak lertagi atau apasis, bingung atau psikosa; kaji bagaimana orientasi klien terhadap orang,tempat dan waktu, keluarga mungkin akan mengeluh emosi klien labil dan sangat lemah.
l.        Pemeriksaan Laboratorium Mencakup :
-          Kadar kartisol dan aldosteron serum
-          Kadar ACTH serum
-          BUN
-          Kadar glukosa darah
-          Pemeriksaan urine terhadap 17 – OHC dan 17 ketosteroid.
-          Pemeriksaan radiologi, anteriografi, sken-CT
-          Pemeriksaan EKG ( dapat dijumpai gelombang QRS yang melebur, interval PR memanjang dan elevasi gelombang ). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem endokrin. 1999 )

m.    Pengkajian pola Gordon
i.          Aktivitas/istirahat
Lelah,tidak mampu beraktivitas
ii.        Sirkulasi
Takikardi, ekstremitas dingin, sianosis, dan pucat
iii.      Integritas ego
Ansietas, peka rangsangan, depresi, emosi tidak stabil               
iv.      Eliminasi
Diare sampai adanya konstipasi, perubahan frekuensi, dan karakteristik urin
v.         Makan/ cairan
Anoreksi, mual muntah, BB menurun dengan cepat
vi.       Neurosensori
Pusing, pinsan sejenak, termor
vii.     Nyeri/ kenyamanan
Nyeri otot, nyeri kepala, abdomen
viii.   Pernapasan
Dipsnea. Pernapasan meningkat, takipnea.
ix.       Keamanan
Tidak toleransi terhadap panas
x.         Seksualitas
Adanya riwayat menopause dini, hilangnya tanda-tanda seks primer (Misal : berkurangnya rambut-rambut pada tubuh terutama pada wanita).




2.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit Addison adalah sebagai berikut :
a.       Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan melalui urin
b.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat, difisiensi glokokortikoid
c.       Keletihan b/d hipoglikemia
a.       Risiko Harga diri rendah situasional b/d perubahan fungsi,  hiperpigmentasi kulit.


3.     Perencanaan Keperawatan
a.       Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan melalui ginjal ditandai dengan:
*        DO:
-          Peningkatan konsentrasi urine
-          Membrane mukosa kering
*        DS:
-          Haus berlebihan
-          Meresa lemah
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kekurangan volume cairan pasien akan teratasi.
Kriteria Hasil:
-          Berat jenis urin dalam batas normal 1,003 - 1,030 g/cm3
-          Menampilkan hidrasi yang baik (membrane mukosa lembap, mampu berkeringat
-          Tidak mengalami haus yang tidak normal
-          TTV normal (N: 80-100x/menit, S: 36,5-370C,  TD:110-120/70-80 mmHg)

Intervensi :
1)      Kumpulkan data pasien mengenai lama dan intensitas gejala yang muncul seperti contoh: muntah, pengeluatran urin yang berlebihan.
R: Membantu memperkirakan penurunan total cairan
2)      Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer
R : Hipotensi postural merupakan bagian dari hipovolemik akibat kekurangan hormone aldesteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat penurunan kortisol
3)      Kaji pasien adanya rasa haus, kelelahan, nadi cepat, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering
R: untuk mengindikasikan berlanjutnya hipovolemik dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti.
4)      Berikan perawatan mulut secara teratur.
R: Membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari dehidrasi dan mempertahankan membrane mukosa dari kerusakan
5)      Anjurkan pasien untuk istirahat lebih banyak
R : Mengurangi dan mengatasi hipotensi ortostatik. Menghindari panas berlebih mencegah kehilangan cairan
6)      Kolaborasi berikan cairan 0,9 % NaCl (normal salin)
R: sebagai cairan pengganti untuk mengatasi kekurangan cairan dan Natrium
7)      Kolaborasi pemberian obat kortison
R: Obat pilihan untuk mengganti kekurangan kortison dan meningkatkan reabsorbsi natrium.


b.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat, difisiensi glokokortikoid
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…..diharapkan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil:
-          Tidak ada mual muntah
-          BB dalam batas normal
Intervensi:
1)      Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah.
R: Kekurangan kortisol dapa menyebabkan gejala GI berat yang mempengaruhi penceranaan dan absorbs dari makanan
2)      Pantau pemasukan makanan dan timbang BB setiap hari
R: Kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolism oleh kortisol terhadap makanan dapat mengakibatkan penurunan BB dan terjadinya malnutrisi berlebihan
3)      Catat muntah mengenai jumlah kejadian, atau karakteristik jumlah cairan lainya
R: Ini dapat membantu untuk menentukan derajat kemampuan pencernaan atau absorpsi makanan
4)      Berikan makan bergizi, tinggi kalori, dan berfariasi.
R: memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang kurang. Makanan berkalori tinggi meningkatkan kadar glukosa darah
5)      Instruksikan pasien agar menarik napas dalam, perlahan, dan menelan secara sadar untuk mengurangi mual dan muntah.
R: relaksasi untuk mengalihkan pikiran klien agar tidak berpikir tentang muntah
6)      Kolaborasi: lakukan pemeriksaan terhadap kadar gula darah sesuai indikasi
R: difisiensi glukokortikoid dapat menyebabkan terjadi penurunan kadar gulah darah atau hipoglikemia.



c.       Keletiahn b/d penurunan produksi energy akibat hipoglikemia ditandai dengan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien akan menunjukan penghematan energi
Kriteria Hasil:
-          Pasien menggunakan teknik penghematan energy
-          Melaporkan ketahanan yang adekuat untuk aktivitas
-          Melaporkan bahwa energy terpulihkan setelah istirahat
Intervensi:
1)      Kaji/diskusikan tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan
R: sebagai data dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya
2)      Pantau TTV sebelum dan sesuadah melakukan aktivitas. Observasi adanya takikardi, hipotensi dan perifer yang dingin.
R: Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stress aktivitas jika curah jantung berkurang
3)      Anjurkan pasien untuk tingkatkan tirah baring dan batasi aktifitas
R: peningkatan tirah baring dapat mengurangi keletihan. Membatasi aktifitas untuk menghemat energy agar tidak memperparah keletiahan
4)      Anjurkan pasien untuk memulai tugas setelah periode istirahat dan memprioritaskan tugas-tugas yang diperlukan.
R: ketahanan dapat meningkat setelah periode istirahat. Menghemat penggunaan energy
5)      Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara untuk miningkatkan asupan makan yang berenergi tinggi.
R: nutrisi yang diperlukan pasien dapat dihitung denngan tepat



d.      Risiko harga diri rendah situasional b/d perubahan fungsi,  hiperpigmentasi kulit.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan harga diri pasien kembali positif
Criteria Hasil:
-          dapat beradaptasi dengan orang lain
-          dapat mengungkapkan perasaan tentang dirinnya
Intervensi:
1)      dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannnya missal: perubahan penampilan peran
Rasional: membantu mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien
2)      sarankan pasien untuk melakukan manajemen stress misalnya teknik relaksasi, visualisasi, imajinasi
Rasional: meminimalkan perasaan stress, frustasi, meningkatkan kemapuan koping
3)      focus pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan missal menurunkan pigmentasi kulit
Rasional: dapat mengagkat semangat pasien dan meningkatkan harga diri pasien
4)      sarankan pasien untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya telah terkontrol dan gejalahnya telah berkurang
Rasional: dapt menolong pasien untuk mmelihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan
5)      rujuk ke pelayanan social konselinng, dan kelompok pendukung lainnya
Rasional: pendekatan secara komperhensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku pasien



e.      Implementasi/Pelaksanaan
Setelah menentukan intervensi/perencanaan tindakan keperawatan maka langkah selanjutnya melaksanakan rencana tindakan tersebut.

f.       Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selanjutnya evaluasi hasil dari tindakan perawatan pada klien tersebut.
























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit Addison merupakan suatu penyakit yang terjadiakibat fungsi korteks tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal. Penyakit addison merupakan insufiensi adrenal yang beratdengan ekserbasi yang tiba-tiba, hal ini dapat menimbulkan kematian apabila tidak segera ditangani.
Adapun diagnose keperawatan yang muncul adalah Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan melalui urin, Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat, difisiensi glokokortikoid, Keletihan b/d hipoglikemia, risiko harga diri rendah situasional b/d perubahan fungsi,  hiperpigmentasi kulit.















DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatn Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC
Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 – NANDA International
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku PATOFISIOLOGI.Jakarta : EGC



No comments:

Post a Comment