Saturday, 31 August 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PLEURITIS




Konsep Medis

A.    Pengertian/definisi
Pleuritis adalah peradangan pada pleura disebabkan penumpukan cairan dalam rongga pleura, selain cairan dapat pula terjadi karena penumpukan pus atau darah. Pleuritis juga dapat disebut sebagai komplikasi dari efusi pleuraatau penyakit pada pleura.
Pleuritis terbagi menjadi 2,yaitu:
·         Pleuritis kering (fibrosa)
Peradangan pada pleura tanpa atau hanya sedikit pengeluaran cairan.
·         Pleuritis basah (setofirosa)
Terjadinya penimbunan cairan dibuang pleura disebut juga pleura efusi cairan yang berisi di pleyra dapat berupa:
-exudate
-transudate
B.     Etiologi
Penyebab terjadinya pleuritis:
1.      Virus dan mikoplasma
Jenis virusnya adalah: ECHO virus, Coxsackie group, dan mikroplasma.
2.      Virus piogenis
Bakteri yang sering ditemukan adalah aerob dan anaerob, bakteri-bakteri aerob meliputi streptucocus, strestucocus miler, streptucocus aures, hemofilus.
Spp,E.koli, klebsieda, psuedomonas spp. Bakteri-bakteri anaerob meliputi bakterioides spp, peptostreptococus, fusobakterium.
3.      Tuberkulosa
Selain konflikasi tuberkulosa, juga dapat disebabkan oleh robeknya rongga pleura atau melalui getah bening.
4.      Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungi dari jaringan paru-paru. Jenis fungi yang menyebabkan pleuritis adalah aktinomikosis, aspergillus, triptococus, histoplasmusis.
5.      Parasit
Parasit yang mengipasi kedalam raga pleura hanyalah amoeba dalam bentuk troposoit.

C.     Patofisiologi
Ketika kedua membran yang mengalami inflamasi atau bergesekan selama respirasi (terutama inspirasi), akibatnya nyeri hebat, tersa tajam seperti tusukan pisau. Nyeri dapat menjadi minimal atau tidak terasa ketika nafas ditahan atau dapat menjalar ke bahu audomen kemudian sejalan dengan terbentuknya cairan pleura, nyeri akan berkurang pada periode dini ketika terkumpul sedikit cairan, esekan, fiksi pleura dapat terdengar dengan steteskop, hanya akan menghilang kemudian bila telah berkumpul cairan dan memisahkan pleura yang mengalami inflamasi.
Pleuritis dapat terjadi  dengan pneumonia atau infeksi traktus resfiratori atas tuberkulosis, penyakit kolagen, infrak paru atau embolisme paru, pada kanker primer metastatik dan setela torakatomi.

D.    Manifestasi klinis
·         Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas
·         Sesak Napas
·         Perasaan "ditikam"
Gejala yang paling umum dari pleurisy adalah nyeri yang umumnya diperburuk oleh penghisapan (menarik napas). Meskipun paru-paru sendiri tidak mengandung syaraf-syaraf nyeri apa saja, pleura mengandung berlimpah-limpah ujung-ujung syaraf. Ketika cairan ekstra berakumulasi dalam ruang antara lapisan-lapisan dari pleura, nyeri biasanya dalam bentuk pleurisy yang kurang parah. Dengan jumlah-jumlah akumulasi cairan yang sangat besar, ekspansi dari paru-paru dapat dibatasi, dan sesak napas dapat memburuk.
Gejala radang pada awalnya dimulai dengan ketidak tenangan, kemudian diikuti dengan pernafasan yang cepat dan dangkal. Dalam keadaan akut, karena rasa sakit waktu bernafas dengan menggunakan otot-otot dada, pernafasan lebih bersifat abdominal.
Kekurangan oksigen yang disebabkan oleh teksemia dan akibat radang paru-paru yang mengikutinya, penderita dapat mengalami kematian setiap saat. Pada radang pleura penderita nampak lesu karena adanya penyerapan toksin (toksomia) proses kesembuhan dapat pula terjadi, meskipun diikuti dengan adesi pleura.

E.     Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan:
·         Dengan ronsen dada
·         Pemeriksaan sputum
·         Pleura punksi
·         Biopsi pleura

G.    Komplikasi
Adapun komplikasi dari pleuritis yaitu efusi pleura.
Efusi pleura sendiri adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan alam pleura berupa transudut atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dikapiler dan pleura viseralis.



Asuhan keperawatan

1.     Pengkajian
ü  Riwayat penyakit dahulu, sekarang,
     keluarga.
ü  Pemeriksaan penunjang
ü  Pemeriksaan fisik:
ü  Inspeksi. Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan. Tingkat kesadaran.
ü  Palpasi. Pada palpasi ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
ü  Perkusi. Suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah cairan.
ü  Auskultasi. Suara nafas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.


2.     Diagnosa Keperawatan
1)Dx:Nyeri akut b/d peradangan pada selaput pleura ditandai dengan:
Ø  DO: ekspresi wajah meringis
Ø  DS: klien mengelu nyeri dada
Tujuan:
ü  Nyeri berkurang hingga hilang
Kriteria Hasil:
ü  tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak mengeluh nyeri, dan klien tidak membatasi gerakanya.Klien tampak rileks
Intervensi:
1.      Kaji tingkat nyeri. Rasional: mengetahui skala nyeri dan kualitas nyeri
2.      Observasi tanda vital. Rasional: mengetahui keadaan umum pasien
3.      Ajarkan teknik relaksasi. Rasional: memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa sakit
4.      Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik dan antibiotik. Rasional: analgesik dapat mengurangi nyeri dan antibiotik dapat menghilangkan infeksi.




2)Dx:Ketidakefektifan pola napas b/d nyeri saat bernapas ditandai dengan:
Ø  DO: klien tampak sesak
             pengembangan dada tidak simetris
Ø  DS: klien mengeluh sulit bernapas
Tujuan:
  pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
  Pola napas efektif, bunyi napas normal atau bersih, ttv dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru berkembang.
Intervensi:
1.      Kaji frekuensi pernapasan dan ekspansi dada. Rasional : untuk menentukan derajat ketidakefektifan
2.      Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekpansi paru dan memudahkan pernapasan.
3.      Informasikan kepada keluarga pasien agar tidak merokok di dalam ruangan. Rasional: asap rokok dapat membuat klien lebih sesak
4.      Kolaborasi: Berikan oksigen tambahan. Rasional: Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.


3) Dx:Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:
Ø  DO: klien nampak lemah
       klien nampak pucat
Ø  DS: klien mengeluh lemah dan kelelahan
Tujuan: Klien dapat melakukan aktivitas/menunjukan toleransi aktivitas
Kriteria Hasil: Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.


Intervensi:
1.Kaji respon Individu terhadap aktivitas . Rasional: agar dapat dinilai tingkat intoleran aktifitas
2.Meningkatkan Aktivitas Secara bertahap. Rasional: agar tidak terjadi kelelahan.
3.Ajarkan Klien metode penghematan energi untuk aktivitas. Rasional: Klien dapat beraktivitas secara bertahap sehingga tidak terjadi keleahan. 

4) Dx:Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia ditandai dengan:
Tujuan: nutrisi dapat terpenuhi dan tidak terjadi penurunan berat badan
Kriteria hasil:
klien mngtkan nafsu makan mngkt, porsi makan dihabiskan.

1.      Mengumpulkan dan menganalisa data asupan nutrisi pasien. Rasional : dapat mencegah dan meminimalkan kurang gizi
2.       beri porsi makan sedikit tetapi sering. Rasional: makanan dalam porsi kecil kalau diberikan akhirnya jumlah kalori yang dibutuhkan perhari bisa terpenuhi.
3.      Berikan nutrisi melalui IV sesuai indikasi. Rasional: agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan baik.
4.      Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori / kebutuhan nutrisi. Rasional: Pemasukan nutrisi dapat dikalkulasikan dengan berbagai perhitungan yang tepat, dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.
5.      Koloborasi transfusi albumin. Rasional: Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar albumin dalam darah kembali normal sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal.





Thursday, 29 August 2013

PRINSIP-PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN




1.      Otonomi
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang  atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan .

2.       Beneficience (Berbuat Baik)
Beneficience berarti  hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan  memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana klien dirawat.

3.      Justice (Keadilan)
Keadilan merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang adalah sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik, tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK

4.       Non Maleficience
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Misalnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien perawat mampu mengindari hal-hal yang berpotensi untuk menimbulkan cedera, bahaya, merugikan, dan melukai pasien. Perawat harus mampu meminimalkan resiko fisik, psikologis maupun sosial yang mungkin ditimbulkan dari tindakan dan pengobatan yang perawat akan lakukan.

5.     Moral Right
Moralitas menyangkut apa yang benar dan salah pada perbuatan, sikap, dan sifat. Tanda utama adanya masalah moral, adalah bisikan hati nurani atau timbulnya perasaan bersalah, malu, tidak tenang, dan tidak damai dihati. Standar moral dipengaruhi oleh ajaran, agama, tradisi, norma kelompok, atau masyarakat dimana ia dibesarkan.