BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Faringitis kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Faringitis-Viral (Faringitis karena Virus) adalah peradangan pharynx (bagian
tenggorokan antara amandel dan pangkal tenggorokan) yang disebabkan oleh virus.
Selain virus, bakteri juga dapat menyebabkan perdadangan. Namun yang paling
umum penyebab peradangan adalah virus. Ketika di tenggorokan tidak ditemukan
bakteri penyebab gejala, kemungkinan besar faringitis disebabkan virus.
Peradangan ini mengkibatkan sakit tenggorokan. Faringitis dapat terjadi sebagai
bagian dari infeksi virus yang juga melibatkan sistem organ lain, seperti
paru-paru atau usus.
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi
jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak.
Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya
meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut
sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan
faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi
penyakit ini.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai
berikut :
1.
Menjelaskan pengertian dan konsep dasar
faringitis
2.
Mengetahui penanganan, pentalaksanaan
faringitis
3.
Sebagai
sumber informasi untuk mahasiswa
4.
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien
dengan faringitis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR MEDIS
1.
Definisi
Faringitis adalah
peradangan pada mukosa faring.(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000). Faringitis adalah infeksi pada faring
yang disebabkan oleh virus dan bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri
tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan
malaise. (Vincent, 2004)
Faringitis
( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau
faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok.(Wikipedia.com).
2.
Etiologi
Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab:
Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab:
a. common cold/flu
b. Adenovirus
c. virus influenza (A dan B).
d. parainfluenza (tipe 1-4).
e. adenovirus.
f. ECHO.
Bakteri yang menyebabkan faringitis antara lain:
Bakteri yang menyebabkan faringitis antara lain:
a. Streptokokus grup A
b. Korinebakterium
c. Arkanobakterium
d. Streptococcus β hemolitikus.
e. Streptococcus viridians.
f. Streptococcus piyogenes
g. Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia
pneumoniae.
3.
Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya
a. Faringitis akut, adalah radang
tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A
dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise,
nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.Faringitis ini terjadinya
masih baru,belum berlangsung lama.
b. Faringitis kronis adalah radang
tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai
nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.Faringitis
kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam
lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan
kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.
Faringitis kronik dibagi menjadi 3,
yaitu:
a. Faringitis hipertrofi,ditandai
dengan penebalan umum dan kongesti membran mukosa.
b. Faringitis atrofi merupakan tahap
lanjut dari faringitis hipertrofi (membran tipis, keputihan,licin dan pada
waktunya berkerut).
c. Faringitis granular kronik terjadi
pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.
4.
Patofisiologi
Penularan
terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat
hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa
tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel
atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada
dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan
membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
5.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis akut:
1. Membran faring tampak merah
2. Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
3. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
4. Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
5. Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
Manifestasi klinis akut:
1. Membran faring tampak merah
2. Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
3. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
4. Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
5. Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
6. Kesulitan menelan.
Manifestasi klinis kronis:
1. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
2. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
Manifestasi klinis kronis:
1. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
2. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
6.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan dengan
mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat
detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
b. Pemeriksaan Biopsi. Contoh jaringan
untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring)
dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan
mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
c. Pemeriksaan Sputum. Pemeriksaan
sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis
etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
7.
Penatalaksanaan
a. Antibiotika
golongan penisilin atau sulfonamida selama lima hari
b. Antipiretik
c. Obat
kumur atau obat hisap dengan desinfektan
d. Bila
alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisi
e. Berkumur-kumur
dengan larutan garam hangat
f. pemberian
kompres panas atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri.
Pengobatan secara medikamentosa umumnya menggunakan:
Pengobatan secara medikamentosa umumnya menggunakan:
a. Antimikroba.
b. Antibiotik
(dalam dosis terapeutik).
c. Dapat
pula dilakukan dengan cara irigasi hangat pada tenggorokan.
d. Pemberian
cairan yang adekuat.
e. Menghindari
makanan pedas, berminyak, mengandung vetsin, es juga disarankan.
8. Komplikasi
a. Otitis media purulenta bakterialis
Daerah
telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius
akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
b. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis
akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.
c.
Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung
dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan
oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis),
dibantu oleh adanya faktor predisposisi.
B.
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Data Dasar
1) Identitas Pasien (nama, jenis
kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi).
2) Riwayat Kesehatan, meliputi :
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji
data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a) Alasan masuk rumah sakit
b) Keluhan utama: nyeri saat menelan
pada leher
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji
apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan
dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan
pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani
perawatan di RS.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji
apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.
3) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : kemerahan pada
faring,adanya pembengkakan di daerah leher
2) Palpasi : adanya kenaikan suhu pada
bagian leher, adanya nyeri tekan
3) TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan,
nadi meningkat, RR meningkat.
4) Pengkajian
Pola Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan manajemen
Kesehatan
Tanyakan
pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan pentingnya
kesehatan bagi klien? Kebiasaan makan makanan yang terpapar kuman/virus,
makanan yang mengandung pengawet (karsinogenik), terpapar bahan-bahan kimia
seperti tinggal di area dekat pabrik, pengolahan limbah, asap kayu bakar.
2) Pola Nutrisi Metabolic
Biasanya
klien akan mengalami penurunan berat badan karena tidak cukupnya nutrisi karena
nyeri saat menelan akibat inflamasi penyakit.
3) Pola Eliminasi
Kaji
bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urin, perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien
tidak mengalami gangguan eliminasi.
4) Pola aktivas latihan
Kaji
bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Dapat mengalami gangguan bila
inflamasinya parah.
5) Pola istirahat tidur
Kaji
perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Biasanya klien tidak mengalami perubahan pada pola istirahat.
6) Pola kognitif persepsi
Kaji
tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji bagaimana klien
dalam berkomunikasi? Biasanya klien tidak mengalami gangguan. Namun bisa
juga mengalami gangguan pada pendengaran jika infeksi menyebar sampai ke
telinga melalui tuba eustachi.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji
bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Konsep diri
pasien terutama gambaran diri terhadap perubahan tubuh Apakah klien merasa
rendah diri terhadap penyakit yang dideritanya ? Biasanya klien tidak ada
ganguan.
8) Pola peran hubungan
Kaji
bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah
Sakit? Dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji
apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan pada
klien? Biasanya tidak mengalami gangguan.
10) Pola koping dan toleransi stress
Kaji
apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk menghilangkan stres?
11) Pola nilai dan kepercayaan
Kaji
bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada
pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?
2.
Diagnosa
Keperawatan
1. Keditakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
menelan
3. Nyeri
akut berhubungan dengan peradangan pada faring
4. Hipertermia
berhubungan dengan peradangan
3. Rencana Keperawatan
1) Dx:
Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret ditandai dengan:
DO: adanya sputum yang berlebihan,
peningkatan frekuensi pernapasan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat bernapas dengan lancer/efektif.
Kriteria hasil:
a) Klien
dapat mengeluarkan sputum
b) Frekuensi
pernapasan dalam batas normal (16-20 x/menit)
c) Klien
mengatakan dapat bernapas dengan lancer
Intervensi:
1. Identifikasi kualitas atau kedalaman
nafas pasien. Rasional: Untuk mengetahui
keadaan napas pasien.
2. Anjurkan untuk minum air hangat. Rasional: Untuk mencairkan sputum agar mudah
dikeluarkan.
3. Ajari pasien untuk batuk efektif . Rasional: agar pasien dapat secara mandiri
megeluarkan sputum.
4. Lakukan pengisapan sekret, bila perlu.
Rasional: untuk mengelurkan sekret.
5. Kolaborasi untuk pemberian
ekspektoran. Rasional: untuk mengencerkan
dahak.
2) Dx: Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
menelan ditandai dengan:
DO: klien tampak lemas; porsi makan
tidak dihabiskan.
DS: nafsu makan berkurang karena
sakit saat menelan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
a) Masa
tubuh dan berat badan dalam batas normal
b) Nafsu
makan klien meningkat
Intervensi:
1.
Kaji status nutrisi pasien. Rasional:
informasi dasar status nutrisi.
2.
Kaji
kemampuan menelan. Rasional: mengetahui kemampuan menelan. Menetukan tindakan lebih lanjut.
3.
Beriakan
makanan
yang lunak. Rasional: Memudahkan dalam menelan.
4.
Berikan nutrisi melalui IVFD. Rasional:
memenuhi kebutuhan nutrisi yang tak bisa terpunuhi lewat oral.
5.
Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien,
bila perlu. Rasional: agar keluarga lebih kooperatif.
6.
Kolaborasi berikan diet tinggi protein tinggi kalori. Rasional: Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
3) Dx:
Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring ditandai dengan:
DO: klien tampak meringis, suhu
tubuh, nadi dan RR meningkat.
DS: klien mengeluh nyeri
tenggorokan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang sampai hilang diitandai
dengan:
Kriteria Hasil:
a) Klien
tidak tampak meringis
b) Klien
mengungkapkan nyeri berkurang
c) Pasien mampu menggunakan metode non farmakologi
untuk mengurangi nyeri.
d) TTV dalam batas normal. nadi: 60-100 x/menit; RR: 16-20
x/menit
Intervensi:
1.
Kaji nyeri menggunakan PQRST. Rasional: mengetahui tingkat nyeri dan
sebagi data dasar dalam menentukan tindakan.
2.
Observasi tanda vital. Rasional: mengetahui keadaan umum pasien
3.
Ajarkan teknik relaksasi. Rasional: memberikan rasa nyaman dan
mengurangi rasa sakit.
4. Berikan
informsi tentang nyeri, seperti sebab nyeri, berapa lam akan berlangsung. Raional:menambah pengetahuan keluarga. Keluarga
lebih kooperatif.
5. Kolaborasi
dengan dokter pemberian analgesik Rasional:
analgesik dapat mengurangi nyeri.
4) Dx: Hipertermia
berhubungan dengan peradangan
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh
klien dalam batas normal.
Criteria
Hasil:
a) Suhu tubuh: 36,5-37,5°C
Intervensi:
1. Monitor suhu minimal 2 jam sekali, sesuai dengan
kebutuhan . Rasional: mengevaluasi efektivitas intervensi dan menjamin
keakuratan data.
2. Sesuaikan suhu lingkungan. Rasional:
untuk kenyamanan pasien.
3. Anjurkan
asupan cairan oral. Rasional: membantu menurunkan suhu tubuh. Mencegah
dehidrasi.
4. Gunakan tindakan nonfarmakologi
seperti: kenakan baju tipis, membuka selimut, kompres hangat. Jelaskan hal-hal
tersebut pada pasien dan keluarga. Rasional: dapat mengurangi demam dan
memberikan rasa nyaman. Pasien dan keluarga akan lebih kooperatif.
5. Kolaborasi dengan tim medis :
pemberian antipiretik. Rasional: Untuk emngurangi demam dengan aksi
sentralnya di hipotalamus
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan
(faring).Faringitis (dalam
bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring.Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau
bengkak, berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila
menelan makanan.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan
faringitis yaitu:
1. Keditakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
menelan
3. Nyeri
akut berhubungan dengan peradangan pada faring
4. Hipertermia
berhubungan dengan peradangan
Daftar Pustaka
Efiaty Arsyad
S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta
Smeltzer,
Suzanne C. 2001.Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth.
Ed 8. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif.
Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Buku saku
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014
– NANDA International
Judith
M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012,
Buku Saku
Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC
(Edisi 9). Jakarta: ECG
Brunner & Suddarth.
2002. Keperawatan MedikalBedahJakarta:EGC
No comments:
Post a Comment