Thursday, 14 November 2013

Asuhan Keperawatan Klien dengan Faringitis


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Faringitis kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis-Viral (Faringitis karena Virus) adalah peradangan pharynx (bagian tenggorokan antara amandel dan pangkal tenggorokan) yang disebabkan oleh virus. Selain virus, bakteri juga dapat menyebabkan perdadangan. Namun yang paling umum penyebab peradangan adalah virus. Ketika di tenggorokan tidak ditemukan bakteri penyebab gejala, kemungkinan besar faringitis disebabkan virus. Peradangan ini mengkibatkan sakit tenggorokan. Faringitis dapat terjadi sebagai bagian dari infeksi virus yang juga melibatkan sistem organ lain, seperti paru-paru atau usus.
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.

B.      Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Menjelaskan pengertian dan konsep dasar faringitis
2.        Mengetahui penanganan, pentalaksanaan faringitis
3.        Sebagai sumber informasi untuk mahasiswa
4.        Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan faringitis.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    KONSEP DASAR MEDIS

1.      Definisi
Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring.(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000). Faringitis adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise. (Vincent, 2004)
Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.(Wikipedia.com).

2.      Etiologi
Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab:
a.       common cold/flu
b.      Adenovirus
c.       virus influenza (A dan B).
d.      parainfluenza (tipe 1-4).
e.       adenovirus.
f.       ECHO.
Bakteri yang menyebabkan faringitis antara lain:
a.       Streptokokus grup A
b.      Korinebakterium
c.       Arkanobakterium
d.      Streptococcus β hemolitikus.
e.       Streptococcus viridians.
f.       Streptococcus piyogenes
g.      Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

3.      Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya
a.       Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
b.      Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.

Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:
a.       Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membran mukosa.
b.      Faringitis atrofi merupakan tahap lanjut dari faringitis hipertrofi (membran tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut).
c.       Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.

4.      Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.

5.      Manifestasi klinis
Manifestasi klinis akut:
1. Membran faring tampak merah
2. Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
3. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
4. Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
5. Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
6. Kesulitan menelan.

Manifestasi klinis kronis:
1. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
2. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.


6.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
b.      Pemeriksaan Biopsi. Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
c.       Pemeriksaan Sputum. Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.

7.      Penatalaksanaan
a.       Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima hari
b.      Antipiretik
c.       Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
d.      Bila alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisi
e.       Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat
f.       pemberian kompres panas atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri.
Pengobatan secara medikamentosa umumnya menggunakan:
a.       Antimikroba.
b.      Antibiotik (dalam dosis terapeutik).
c.       Dapat pula dilakukan dengan cara irigasi hangat pada tenggorokan.
d.      Pemberian cairan yang adekuat.
e.       Menghindari makanan pedas, berminyak, mengandung vetsin, es juga disarankan.

8.      Komplikasi
a.       Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
b.      Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.

c.               Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi.



B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian
1)      Data Dasar
1)      Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).
2)      Riwayat Kesehatan, meliputi :
1)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a)      Alasan masuk rumah sakit
b)      Keluhan utama: nyeri saat menelan pada leher
2)      Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS.
3)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.
3)      Pemeriksaan fisik
1)      Inspeksi : kemerahan pada faring,adanya pembengkakan di daerah leher
2)      Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri tekan
3)      TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi meningkat, RR meningkat.

4)      Pengkajian Pola Gordon
1)      Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Kebiasaan makan makanan yang terpapar kuman/virus, makanan yang mengandung pengawet (karsinogenik), terpapar bahan-bahan kimia seperti tinggal di area dekat pabrik, pengolahan limbah, asap kayu bakar.
2)      Pola Nutrisi Metabolic
Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan karena tidak cukupnya nutrisi karena nyeri saat menelan akibat inflamasi penyakit.
3)      Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,    perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi.
4)      Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Dapat mengalami gangguan bila inflamasinya parah.
5)      Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam sehari? Biasanya klien tidak mengalami perubahan pada pola istirahat.
6)      Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi?  Biasanya klien tidak mengalami gangguan. Namun bisa juga mengalami gangguan pada pendengaran jika infeksi menyebar sampai ke telinga melalui tuba eustachi.
7)      Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Konsep diri pasien terutama gambaran diri terhadap perubahan tubuh Apakah klien merasa rendah diri terhadap penyakit yang dideritanya ? Biasanya klien tidak ada ganguan.
8)      Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?
9)      Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan pada klien? Biasanya tidak mengalami gangguan.
10)   Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?
11)  Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?








2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan
3.      Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring
4.      Hipertermia berhubungan dengan peradangan


3.      Rencana Keperawatan
1)      Dx: Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret ditandai dengan:
DO: adanya sputum yang berlebihan, peningkatan frekuensi pernapasan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat bernapas dengan lancer/efektif.
Kriteria hasil:
a)      Klien dapat mengeluarkan sputum
b)      Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20 x/menit)
c)      Klien mengatakan dapat bernapas dengan lancer

Intervensi:
1.      Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien. Rasional: Untuk mengetahui keadaan napas pasien.
2.      Anjurkan untuk minum air hangat. Rasional: Untuk mencairkan sputum agar mudah dikeluarkan.
3.      Ajari pasien untuk batuk efektif . Rasional: agar pasien dapat secara mandiri megeluarkan sputum.
4.      Lakukan pengisapan sekret, bila perlu. Rasional: untuk mengelurkan sekret.
5.      Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran. Rasional: untuk mengencerkan dahak.


2)      Dx: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan ditandai dengan:
DO: klien tampak lemas; porsi makan tidak dihabiskan.
DS: nafsu makan berkurang karena sakit saat menelan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
a)      Masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
b)      Nafsu makan klien meningkat

Intervensi:
1.      Kaji status nutrisi pasien. Rasional: informasi dasar status nutrisi.
2.      Kaji kemampuan menelan. Rasional: mengetahui kemampuan menelan. Menetukan tindakan lebih lanjut.
3.      Beriakan makanan yang lunak. Rasional: Memudahkan dalam menelan.
4.      Berikan nutrisi melalui IVFD. Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi yang tak bisa terpunuhi lewat oral.
5.      Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien, bila perlu. Rasional: agar keluarga lebih kooperatif.
6.      Kolaborasi berikan diet tinggi protein tinggi kalori. Rasional: Pemenuhan kebutuhan nutrisi.

3)      Dx: Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring ditandai dengan:
DO: klien tampak meringis, suhu tubuh, nadi dan RR meningkat.
DS: klien mengeluh nyeri tenggorokan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang sampai hilang diitandai dengan:
Kriteria Hasil:
a)      Klien tidak tampak meringis
b)      Klien mengungkapkan nyeri berkurang
c)      Pasien mampu menggunakan metode non farmakologi untuk  mengurangi nyeri.
d)     TTV dalam batas normal. nadi: 60-100 x/menit; RR: 16-20 x/menit

Intervensi:
1.      Kaji nyeri menggunakan PQRST. Rasional: mengetahui tingkat nyeri dan sebagi data dasar dalam menentukan tindakan.
2.      Observasi tanda vital. Rasional: mengetahui keadaan umum pasien
3.      Ajarkan teknik relaksasi. Rasional: memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa sakit.
4.      Berikan informsi tentang nyeri, seperti sebab nyeri, berapa lam akan berlangsung. Raional:menambah pengetahuan keluarga. Keluarga lebih kooperatif.
5.      Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik Rasional: analgesik dapat mengurangi nyeri.

4)      Dx: Hipertermia berhubungan dengan peradangan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh klien dalam batas normal.
Criteria Hasil:
a)      Suhu tubuh: 36,5-37,5°C
Intervensi:
1.      Monitor  suhu minimal 2 jam sekali, sesuai dengan kebutuhan . Rasional: mengevaluasi efektivitas intervensi dan menjamin keakuratan data.
2.      Sesuaikan suhu lingkungan. Rasional: untuk kenyamanan pasien.
3.      Anjurkan asupan cairan oral. Rasional: membantu menurunkan suhu tubuh. Mencegah dehidrasi.
4.      Gunakan tindakan nonfarmakologi seperti: kenakan baju tipis, membuka selimut, kompres hangat. Jelaskan hal-hal tersebut pada pasien dan keluarga. Rasional: dapat mengurangi demam dan memberikan rasa nyaman. Pasien dan keluarga akan lebih kooperatif.
5.      Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik. Rasional: Untuk emngurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus 



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring.Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan faringitis yaitu:
1.      Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan
3.      Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring
4.      Hipertermia berhubungan dengan peradangan











Daftar Pustaka

Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth. Ed 8. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 – NANDA International
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan MedikalBedahJakarta:EGC


No comments:

Post a Comment