Saturday 30 November 2013

asuhan keperawatan klien denggan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan. Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan DIC akan memiliki prognosis malam. Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda dan gejala berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai oleh hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai disiplin.
            Koagulasi intravascular diseminata (KID) merupakan salah satu kedaruratan medis,karena mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera. Tetapi tidak semua KID digolongkan dalam darurat medis,hanya KID fulminan atau akut sedang KID derajat yang terendah atau kompensasi bukan suatu keadaan darurat. Namun perlu di waspadai bahwa KID derajat rendah dapat berubah menjadi KID fulminan,sehingga memerlukan pengobatan segera.
Keberhasilan pengobatan selain ditentukan keberhasilan mengatasi penyakit dasar yang mencetuskan KID juga ditentukan oleh akibat KID itu sendiri.



1.2 Tujuan
1.      untuk mengetahui pengertian DIC
2.      untuk mengetahui etiologi DIC
3.      untuk mengetahui patofisiologi DIC
4.      untuk mengetahui manifestasi klinis DIC
5.      untuk mengetahui pemeriksaan DIC
6.      untuk mengetahui komplikasi DIC
7.      untuk mengetahui penatalaksanaan DIC
8.      untuk mengetahui asuhan keperawatan DIC

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Konsep Dasar Medis

1.     Definisi  
      Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan- bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan. (medicastore.com).
 Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai dengan adanya perdarahan/kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena terbentuknya plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik yang di dapatkan dalam sirkulasi (Healthy Cau’s)
            Secara umum Disseminated Intavascular Coagulation (DIG) didefinisikan sebagai kelainan atau gangguan kompleks pembekuan darah akibat stirnulasi yang berlebihan pada mekanisme prokoagulan dan anti koagulan sebagai respon terhadap jejas/injury (Yan Efrata Sembiring, Paul Tahalele)


2.     Etiologi
Perdarahan terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
1.      Hipofibrinogenemia
2.      Trombositopenia ( merupakan penyebab tersering perdarahan abnormal, ini dapat terjadi akibat terkurangnya produksi trombosit oleh sum-sum tulang atau akibat meningkatnya penghancuran trombosit).
3.      Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah
4.      Fibrinolisis berlebihan.

Penyakit- penyakit yang menjadi predisposisi DIC adalah sebagai berikut:
1.      Infeksi ( demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia). Dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
2.      Komplikasi kehamilan ( solusio plasenta, kematian janin intrauterin, emboli cairan amnion).
3.      Setelah operasi (  operasi paru, by pass cardiopulmonal, lobektomi, gastrektomi, splenektomi).
4.      keganasan ( karsinoma prostat, karsinoma paru, leukimia akut).
5.      Penyakit hati akut ( gagal hati akut, ikterus obstruktif).
6.      Trauma berat terjadi palepasan jaringan dengan jumlah besar ke aliran pembuluh darah. Pelepasan ini bersamaan dengan hemolisis dan kerusakan endotel sehingga akan melepaskan faktor-faktor pembekuan darah dalam jumlah yang besar kemudian mengaktivasi pembekuan darah secara sistemik.

KID merupakan mekanisme perantara berbagai penyakit dengan gejala klinis tertentu. Berbagai penyakit dapat mencetuskan KID fulminan atauderajat rendah seperti di bawah ini:
1.      Penyakit yang disertai KID fulminan
a.       Bidang obstetric: emboli cairan amnion,abrupsi plasenta,eklamsia,abortus
b.      Bidang hematologi: reaksi transfusi darah,hemolisis berat,transfuse massif, leukemia M3 & M4
c.       Infeksi
1)      Septicemia,gram negative (endotoksin),gram negative (mikro polisakarida)
2)      Viremia : HIV,hepatitis,varisela,virus sitomegalo,demam dengue
3)      Parasit : Malaria
d.      Trauma
e.       Penyakit hati akut : gagal hati akut ,ikterus obstruktif
f.       Luka bakar
g.      Kelaian vascular

2.      Penyakit di sertai KID derajat
1)      Keganasan
2)      Penyakit kardiovaskular
3)      Penyakit autoimun
4)      Penyakit ginjal menahun
5)       Peradangan
6)       Graft versus host disease
7)      Penyakit hati menahun



3.     Patofisiologi
Adanya keadaan perubahan factor pembekuan tertentu mengakibatkan pelepasan substansi tromboplastik yang kemudian mengaktivasi thrombin dan selanjutnya akan mengaktifkan fibrinogen dan berakibat penumpukan fibrin pada mikrosirkulasi. Agregasi patelet/trombosit atau dhesivitas yang meningkat memungkinkan fibrin membeku dan terbentuk mikrotrombin di otak, ginjal, jantung, dan organ-organ lain sehingga menyebabkan mikroinfark dan nekrosis jaringan. Pada sisi lain sel-sel darah merah terkepung pada benang fibrin dan mengalami kerusakan (hemolisis) mengakibatkan penurunan aliran darah, berkurangnya trombosit, protombin, dan factor pembekuan yang meluas mengaktivasi mekanisme fibrinolitik. Sehingga menyebabakan produksi zat pemecah fibrin. Zat peecah fibrin bekerja menghambat fungsi pembekuan trombosit, yang memungkinkan koagulasi menjadi lambat dan memicu perdarahan lebuh lanjut.

4.     Manifestasi Klinis
·         Perdarahan dari area pungsi, luka dan membrane mukosa pada pasien yang mengalami syok, komplikasi obstetric, sepsis (infeksi yang meluas), atu kanker. Jika perdarahan terjadi di bawah kulit, lesi vascular akan tampak
·         Perubahan tingkat kesadaran
·         Sianosis dan takipnea (peningkatan ftekuensi pernapasan) akibat buruknya perfusi dan oksigenasi jaringan umum terjadi. Bercak-bercaik di kuliy menunjukan iskemia jaringan.
·         Hematuria (darah dalam utine) akibat perdarahan atau oliguria (penurunan pengeluaran urine) akibat perfusi yang buruk.

5.     Pemeriksaan Diagnostik
1.       Diagnostik laboratorium. Gambaran hasil pemeriksan laboratorium pada KID sangat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh penyakit yang mendasarinya. Leukositosis sering ditemukan, granulositopenia juga dapat terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang belakang untuk mengimbangi kerusakan neutrofil. Trombositopenia.
2.      Pemeriksaan hemostatis yang secara rutin dapat dilakukan adalah: masa protrombin(PT) masa tromboplastin parsial teraktivasi(aPPT), D-dimen antitrombin-III, fibrinogen dan masa protombin.
3.      Pemeriksaan fragmen protombin 1+2, fibrinogen degradation product (FDP). Hasil pemeriksaan darah menunjukkan hipofibrigenemia, peningkatan produk hasil degradasi fibrin, trombositopenia, dan waktu protombin yang memanjang.
4.      Pemeriksaan Laju Endap Darah. Laju endap darah bukan dinyatakan tinggi / rendah tapi cepat atau lambat. Kasarnya kecepatan darah itu mengendap dalam 1 jam (mm/jam) kalau  lebih cepat mengendap berarti eritrosit atau sel darah merahnya sedikit, atau ukuran eritrositnya besar dibandingkan orang normal, laju endap darah normalnya 1 -15 mm/jam.
                                                                                     (Karamel, 2001 :559)

5.     Komplikasi
·         Bekuan yang banyak terbentuk akan menyebabkan obstuksi atau hambatan aliran darah di semua oragan tubuh. Dapat terjadi kegagalan oagan yang luas. Angka kematian lebih dari 50%.
·         Syok
·         Nekrosis tubular akut
·         Edema pulmoner
·         Gagal ginjal kronis
·         Konvulasi
·         Koma

6.     Penatalaksanaan
Pengobatan sulit karena adanya kombinasi perdarahan dan pembekuan. Pencegahan  dan identifikasi dini keadaan ini penting untuk dilakukan. Tetapi yang dilakukan bertujuan:
·         Menyingkirkan factor pencetus
·         Terpi heparin dapat mulai diberikan jika terjadi kegagalan organ akibat hipoksia imenen. Heparin tidak dianjurkan apabila DIC desebabkan sepsis atau apabila terjadi perdarahan system saraf pusat.
·         Penggantian cairan penting untuk mempertahankan perfusi organ semaksimal mungkin.
·         Dapat diberikan plasma yang mengandung factor VIII, sel darah merah, dan trombosit.


B.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian
a.       faktor-faktor predisposisi:
-            Septicemia (penyebab paling umum)
-            Komplikasi obstetric
-            Luka bakar berat dan luas
-            Neoplasia
-            Penyakit hepar
-            Trauma

b.      pola fungsi kesehatan
1)      pola nutrisi
ΓΌ  mual, muntah
ΓΌ  tanda kurang cairan
ΓΌ  Ht (kalau yg keluar plasma, Ht naik; kalau yg keluar semua darah, Ht turun)
2)      Pola eliminasi
ΓΌ  Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pada BAB terjadi konstipasi atau diare. Melena
ΓΌ  Hematuri
ΓΌ  Hematemesis
3)      Pola aktivitas latihan
ΓΌ  Perubahan TTV,SaO2 (turun)
ΓΌ  Kebutuhan terhadap bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
ΓΌ  Kontraksi otot lemah
ΓΌ   
4)      Pola istirahat tidur
ΓΌ  Perubahan pemenuhan kebutuhan tidur (kualitas dan kuantitas)
5)      Pola persepsi kognitif
ΓΌ  nyeri abdomen; nyeri, rasa dingin pada jari-jari disertai dengan mati rasa dan tigling
6)      Pola peran dan hubungan
ΓΌ  Dengan adanya perawatan yang lama maka akan terjadi hambatan dalam menjalankan perannya seperti semula.
7)      Pola seksual dan reproduksi
ΓΌ  Menurunnya fungsi seksual
ΓΌ  Perubahan pola menstruasi
8)      Pola nilai dan kepercayaan
ΓΌ  Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan




Penyimpangan KDM




2.      Diagnosa Keperawatan
1)      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d terganggunya sirkulasi darah.
2)      Risiko kekurangan volume cairan b.d pendarahan
3)      Nyeri akut b.d trauma jaringan
4)      Ansietas b.d ancaman kematian karena penyakit kronis yang diderita


3.      Perencanaan Keperawatan
1)      Dx: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d terganggunya sirkulasi darah.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan perifer dpat dipertahankan atau ditingkatkan secara adekuat.
Hasil yang diharapkan:
nadi perifer normal, sianosis berkurang.
Intervensi:
1.      Pantau tekanan arterial dan tanda vital setiap 30-60 menit. Rasional: mengetahui keadaan umum pasien.
2.      Pertahankan suhu lingkungan dan kehangatan tubuh. Rasional: Mencegah vasokontriksi; membantu dalam mempertahankan sirkulasi dan perfusi.
3.      Lindungi klien dari trauma. Rasional: Mencegah perdarahan.
4.      Berikan oksigen dan pantau keefektifannya. Rasional: meningkatkan jumlah oksigen yang dibawa ke jaringan.
5.      Berikan heparin iv dan plasma, trombosit dan produk darah lain sesuai indikasi; kaji respon/reaksinya. Rasional: menggantikan darah yang keluar akibat perdarahan.

2)      Dx: resiko kekurangan volume cairan b.d pendarahan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan
Hasil yang diharapkan:
Tidak ada gangguan pada elektrolit serum, memiliki konsentrasi urine yang normal.
Intervensi:
1.      Monitor  masukan dan haluaran cairan. Rasional: mengidentifikasi keseimbangan cairan. Menentukan intervensi selanjutnya.
2.      Berikan minum oral secara adekuat. Rasional: meningkatkan asupan cairan.
3.      Berikan cairan IV sesuai indikasi. Rasional: menjaga keseimbangan cairan. Meanambah cairan yang hilang akibat perdarahan.
4.      Pantau hasil lab yang relevan dengan keseimbangan cairan. Rasional: sebagai indicator keseimbangan cairan.
5.      Anjurkan pasien menginformasikan perawat bila haus. Rasional: agar dapat segera diberi minum dan memaksimalkan masukan cairan.



3)      Dx: Nyeri akut b.d trauma jaringan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang atau terkontrol
Hasil yang diharapkan:
Klien menyatakan merasa nyaman, wajah terlihat rileks
Intervensi:
1.      Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri. gunakan skala nyeri. Rasional: Mengetahui level nyeri
2.      Berikan klien posisi yang nyaman. Rasional: posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri
3.      Pertahankan lingkungan yang tenang. Rasional: agar pasien dapat istirahat/tidur dengan tenang.
4.      Bantu klien dengan pilihan tindakan yang nyaman, seperti terapi musik. Rasional: mengalihkan pikiran klien spya tidak memikirkan mengenai nyeri yang dirasakan, membuat pasien tenang.
5.      Ajarkan teknik relaksasi. Rasional: memberikan rasa tenang dan mengurangi nyeri.
6.      Berikan analgesic sesuai indikasi. Rasional: mengurangi rasa nyeri

4)      Dx: Ansietas b.d ancaman kematian karena penyakit kronis yang diderita
Tujan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan klien berkurang
Hasil yang diharapkan:
Klien tampak tidak lagi cemas. Klien akan menunjukan pengendalian diri terhadap ansietas.
Intervensi:
1.      kaji tingkat kecemasan. Rasional: mengetahui koping individu.
2.      Jelaskan tentang kondisi klien.  Rasional: membantu klien memahami tentang kondisi penyakitnya.
3.      Berikan support mental. Rasional: membantu menenangkan klien
4.      Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan. Rasional: membina hubungan saling percaya.
5.      Sediakan pengalihan seperti radio atau TV. Rasional: menurunkan ansietas dan memperluas focus.
6.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk menurunkan ansietas, bila perlu. Rasional: membantu menenangkan klien.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang lebih dikenal sebagai Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu gangguan pembekuan darah yang didapat, berupa kelainan trombohemoragic sistemik yang hampir selalu disertai dengan penyakit primer yang mendasarinya. Karakteristik ditandai oleh adanya gangguan hemostasis yang multipel dan kompleks berupa aktivasi pembekuan darah yang tidak terkendali dan fibrinolisis (koagulopati konsumtif). DIC merupakan salah satu kedaruratan medik, karena mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera.
DIC pun dapat merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel. DIC paling sering disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis bacterial.
Patofisiologi dasar DIC adalah terjadinya Aktivasi system koagulasi (consumptive coagulopathy), Depresi prokoagulan, efek Fibrinolisis
DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.










Daftar Pustaka
Handayani, wiwik, dan Hariwibowo, sulistyo Andi.2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. salembaMedika: Jakarta.
Muttaqin, arif.2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Salemba Medika: Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku PATOFISIOLOGI.Jakarta : EGC